Anak Amakele Seram Alifuru Nusa Ina

Selamat Datang di Blog, anak Amakele Seram Alifuru.
Life is a "choice", immediately determine the "choice" ..
or "choice" will determine your life.

Somba UPU LANITE. Tabae UPU INA AMA

Sabtu, 26 Februari 2011

PRAKTIKA

DOKUMEN KEESAAN GEREJA (Pemahaman Bersama Iman Kristen  PBIK)
Bab II Penciptaan dan Pemeliharaan
Aplikasi Dalam
POLA INDUK  PELAYANAN dan RENCANA INDUK
PENGEMBANGAN PELAYANAN GEREJA PROESTAN MALUKU TAHUN 2005-2015l
by. Gerald Akerina

I.                    Dokumen Keesaan Gereja Bab II penciptaan dan Pemeliharaan.
1.      Alam semesta, langit, dan bumi serta segenap isinya, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, adalah milik dan ciptaan Allah (Kj. 1-2; mzm. 24:1-2; 89:12; Yes. 44:24; yer. 27:5; Kol. 1:16). Segenap ciptaan itu sungguh amat baik (Kj. 1-31), namun semua yang telah diciptakan  Allah itu tidak boleh dipelihara dan disembah (Kel. 20:3-5; Rm. 1:18-25).[1]
2.      Seluruh ciptaan itu ditempatkan Allah dalam keelarasan yang saling menghidupkan, sejalan dengan kasih karunia pemeliharaan-nya atas ciptaan-Nya (Kej. 1:20-30; 2:15; 19; Mzm 104:10-10-18; yes. 45:7-8). Allah tidak menginginkan ciptaan-Nya kacau dan saling menghancurkan (Kej. 21-22; 9:8-17), kendatipun dosa telah membawa segenap makhluk kepada kesia-siaan dan membuatnya turut mengerang dan mengeluh menantikan saat penyelamatan  (Rm.8:20-22). Allah telah memberikan mandat khusus kepada manusia untuk turut dalam memelihara dan penguasaan seluhur ciptaan-Nya (Kej. 1:26-28; 2:15). Manusia harus bertanggung jawab dalam memelihara dan megusahakan kelestarian alam ciptaan Allah. Terhadap alam dan lingkungan sekitar. Pada dasarnya adalah perlawanan terhadap Allah yang telah menjadikan segalasesuatu dan yang senantiasa memeliharanya dalam kasih dan kestiaan.
3.      Dari permulaan hingga akhir, Tuhan Allah memerintah, memelihara dan menuntun segenap ciptaan-Nya dengan kasih setia dan adil (Mzm. 145:9; 146:6). Dan dengan terus-menerus menentang segala kuasa yang hendak meruak ciptaan-Nya. Ia menuntun seluruh ciptaan-Nya menuju kesempurnaan di dalam langit baru dan bumi baru  (Yes. 1:10; 51:9-11; 2 Ptr. 3:13; Why. 21:1-5), yang di dalamnya segala ciptaan yang ada di atas dan yang ada di bawah bumi bertekuk lutut dan mengaku : “Yesus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa” (Flp. 2:10).[2]



II.                 Pola Induk Pelayanan dan Rencana Induk Pengembangan Pelayanan Gereja Protestan Maluku Tahun 2005-2015. Bab I. ayat 1.3.a.
Kesedaran terhadap masalah-masalah kemanusiaan saja tidak cukup tanpa dibarengi dengan kesadaran pentingnya lingkungan hidup, dalam  kerangka cara pandang yang utuh terhadap keutuhan ciptaan. Sebagai gereja, ia terpanggil untuk mengupayakan terbangunnya kesadaran lingkungan hidup, dan keutuhan ciptaan.
Masalah-masalah pengrusakan lingkungan hidup, hancurnya ekosistim, mesti menjadi kepedulian gereja. Berbgai bencana alam, seperti tsunami, gempa bumi, pencemaran lingkungan, banjir, tanah longsor, harus menjadi kepdulian gereja. Demikian pun kasus-kasus pelanggaran hukum terhadap dan di dalam lingkungan, seperti ilegal loging, ilegal fishing, bukan saja menjadi indikasi perampasan hak-hak masyarakat secara sewenang-wenang, tetapi turut merusak ekositem, dan karena itu manjadi bagian dari tanggung jawab gereja pula.[3]
III.               Sidang Raya Dewan Gereja-Gereja se-Dunia 1968.
Salah satu kepritanian Sidang Raya Dewan Gereja-Gereja se-Dunia di Uppsala-Swedia di tahun 1968 ialah pelstraian lingkungan hidup, yang di hadiri oleh Pdt. Prof. DR. W. A. Roeroe inilah pertama kalinya badan dunia meminta perhatian umat manusia untuk poko ini. Memang dalam perkembangan selanjutnya banyak sekali gereja-gereja regional dan nasional bahkan sinode-sinodepun berbuat demikian.[4]

IV.             Sikap Gereja-Gereja di Indonesia Terhadap Lingkungan.
Pandangan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Gereja-gereja yang tergabung Persekutuan gerejagereja di Indonesia (sebagian besar adalah anggota WCC) juga telah dengan penuh kesadaran memperhatikan masalah kerusakan lingkungan. Pendekatan PGI dimulai dari pemahaman tentang Injil dan tugas memberitakan Injil. Dalam Sidang Raya PGI (waktu itu masih bernama Dewan Gerejagereja di Indonesia-DGI, baru berubah menjadi PGI tahun 1984 di Ambon), tahun 1971 di Pematangsiantar, dipahami bahwa Injil adalah berita kesukaan tentang kebebasan, keadilan, kebenaran dan kesejahteraan yang dikehendaki Tuhan untuk seluruh dunia (Lukas 4:14-21)  dan bahwa memberitakan Injil kepada seluruh makhluk (Markus 16:15) mengandung makna tanggung jawab terhadap keutuhan ciptaan Tuhan[5]
Dalam perenungan yang lebih tua tentang ciptaan, kia mendengar bahwa bumi tempat pemukiman manusia itu digelari Taman Eden, dan Tuhan menempatkan mnusia di dalamnya untuk hidup di situ tetapi sekaligus dengan amanat ntuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kej 2, 15), atau dalam bahasa masa kini untuk mengelolah dan melestarikan lingkungan dan bumi serta alam semesta tempat pemukiman itu.[6]
Dasar teologis   pemahaman mengenai tugas memelihara ciptaan itu secara keseluruhan sejalan dengan pemikiran Dewan Gereja-gereja se Dunia (WCC), walaupun pelaksanaannya tidak persis sama. Saya tidak perlu mengulangi dasar-dasar teologis mengenai alasan mengapa gereja perlu peduli terhadap lingkungan hidup. Bagi gereja-gereja di Indonesia, kepedulian kepada lingkungan hidup, selain dilihat sebagai tugas misi gereja, juga dilihat sebagai peran serta gereja dalam pembangunan nasional. Jadi ada semacam usaha kontekstualisasi: “Tugas panggilan gerejagereja berpartisipasi dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari beberapa segi yang saling memperkuat dan saling memperkaya, antara lain dari segi tanggung jawab untuk mengelola, memelihara dan melestarikan ciptaan Allah” (Kejadian 1:26-28; 2:15; Mazmur 8).[7] Selanjutnya tugas itu dipahami pula sebagai salah satu cara mengamalkan Pancasila, khususnya sila “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Tugas itu dilaksanakan dengan berusaha menghilangkan jurang antara yang kaya dan yang miskin dan melawan segala kecenderungan yang merusak lingkungan hidup.[8]
Pemahaman PGI tentang merusak lingkungan disamakan dengan tindakan dosa karena dipandang sebagai tindakan melawan kehendak pencipta. Sebaliknya, tindakan menjaga dan memelihara lingkungan dipandang sebagai ibadah.[9] Supaya pemahaman iman ini dapat . diimplementasikan kepada gereja-gereja, maka rumus-rumus pemahaman tersebut ditindak-lanjuti dalam kurikulum pendidikan warga gereja yaitu dalam buku Pedoman Sekolah Minggu, buku Pendidikan Kristen di Sekolah dari SD sampai ke Perguruan Tinggi, buku Katekisasi dan Pembinaan Teruna-Remaja-Pemuda dan dalam buku Pedoman Pembinaan Warga Gereja untuk pendidikan orang Dewasa. Di tingkat nasional, implementasi pemikiranpemikiran gereja untuk peduli pada lingkungan hidup dilaksanakan oleh Departemen Partisipasi dalam Pembangunan (Parpem PGI) dan kemudian sejak tahun 1996, sebagian diserahkan kepada Yayasan Tanggul Bencana yang dibentuk oleh PGI. Tugas lembaga nasional ini melakukan berbagai seminar, konsultasi, lokakarya dan pelatihan terhadap warga gereja dari seluruh Indonesia agar sebagai upaya memberdayakan gereja-gereja agar peduli pada lingkungan hidup masing-masing. Juga melakukan kerja sama dan membentuk jaringan baik dengan pemerintah maupun dengan LSM dalam berbagai kegiatan kepedulian lingkungan hidup. Dengan demikian, tiga langkah utama telah ditempuh sebagai usaha mengimplementasikan kepedulian kepada lingkungan yang sedang rusak berat yaitu melalui pendidikan dan pelatihan, gerakan/aksi/advokasi dan membangun jaringan. 
Dalam rangka melaksanakan tugas jangka panjang, gereja-gereja di Indonesia sejak tahun 1989 telah menggariskan beberapa pedoman sebagai berikut:[10]  Melakukan upaya-upaya pemahaman yang mendalam tentang teologi lingkungan melalui ibadah -ibadah/liturgi, pemahaman Alkitab, khotbah, pendidikan di Sekolah Minggu, Katekisasi, Sekolah Umum dan Perguruan Tinggi serta berbagai bentuk pendidikan normal lainnya. Melakukan identifikasi dan inventarisasi masalahmasalah yang menyangkut kerusakan lingkungan di lingkungan masing-masing dan menentukan sikap dan mengambil langkah penanggulangan terhadap permasalahan-permasalahan tersebut. Memanfaatkan mass media untuk turut dalam promosi pencegahan dan penanggulangan kerusakan lingkungan sebagai bagian dari proses penyadaran masyarakat akan pentingnya memelihara dan melestarikan lingkungan hidup karunia Tuhan. Melakukan studi dan publikasi mengenai masalahmasalah lingkungan hidup baik secara teologis maupun sosiologis-antropologis-kultural. Studi-studi tersebut penting dilakukan dari berbagai sudut pandang karena kerusakan lingkungan bersifat multi-dimensional. Bekerja sama dengan kelompok agama-agama lain dalam pembinaan masyarakat dan dengan pemerintah, LSM dan masayarakat luas, dalam dan luar negeri untuk upaya-upaya mencegah kerusakan lingkungan maupun penanggulangan lingkungan yang terlanjur rusak, termasuk melakukan advokasi pada lingkungan dan masyarakat yang menjadi korban. Mengambil prakarsa dalam menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan asri baik di lingkungan masing-masing, maupun untuk lingkungan hidup yang lebih luas.

V.                 Kesimpulan:
 Dengan mengemukakan pemikiran-pemikiran yang sudah sangat teknis ini hendak dinyatakan bahwa secara konsepsional, sikap Kristen terhadap kerusakan lingkungan sudah sangat jelas yakni melihat kerusakan lingkungan sebagai akibat dari ulah manusia dan karena itu menyebut perbuatan merusak lingkungan sebagai dosa. Sebaliknya, usaha memelihara lingkungan hidup dipahami sebagai kebajikan dan karena itu disebut sebagai ibadah kepada Tuhan. Memelihara lingkungan adalah bagian dari misi Allah dalam mendatangkan Shalom Kerajaan Allah.
Maka orang Kristen, secara sendiri-sendiri atau sebagai institusi, wajib menjaga dan memelihara lingkungan hidup. Ditinjau dari segi doktrin atau pemahaman iman Kristen, maka kepedulian terhadap lingkungan hidup tidak lagi perlu dipertanyakan. Barangkali yang menjadi persoalan adalah praktek dalam kehidupan sehari-hari setiap orang. Menurut pendapat penulis ada berbagai faktor yang menyebabkan masih kurangnya kepedulian terhadap krisis lingkungan hidup, antara lain: Keyakinan iman belum diimplementasikan dalam keseharian hidup. Agama masih bersifat seremoni atau baru pada tahap pengakuan iman. Semua orang mengetahui dan meyakini bahwa lingkungan hidup adalah anugerah Tuhan yang harus. dipelihara, tetapi perilaku hidup sehari-hari tidak sejalan dengan pengetahuan dan keyakinan itu. Pengaruh yang sangat kuat dari semangat konsumerisme, materialisme dan hedonisme, sehingga masih lebih mengutamakan penikmatan hidup dan belum pada tahap penghargaan kehidupan secara utuh. Pengetahuan masyarakat yang masih sangat kurang mengenai permasalahan kerusakan lingkungan, baik karena faktor tingkat pendidikan maupun karena faktor kurangnya penyuluhan dan informasi. Kurangnya penggerak (pemimpin yang peduli lingkungan) di lapangan. Banyak pemimpin tidak konsisten sehingga masyarakat  tidak punya panutan, sementara para pemimpin agama memang terbatas pada kemampuan pembinaan (teori) dan kurang pada kemampuan lapangan (praktis). Kurangnya koordinasi yang baik antar lembaga agama, lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah  sehingga gerak bersama belum terwujud sebagaimana yang diharapkan. Kalau lima faktor ini saja sudah dapat ditanggulangi maka persoalan lingkungan hidup akan dapat diminimalkan bahkan di atasi. 
Daftar bacaan:
1.      DKG-PGI. Dokumen Keesaan Gereja.  BPK-GM Jakarta. 2007
2.      W.A. Roeroe. Waspadalah dan Kerjakan keselamatan. UKIT-press Tomohon 2003.
3.      BPH-GPM. Buku Himpunan Peraturan Gereja Protestan Maluku. Ambon 2007.





[1] PGI, Lima Dokumen Keesaan Gereja 1984, 1989,  (BPK-GM jakarta . Cet ke-2), tahun 2007, hal. 73
[2] . ibit. Hal, 74.
[3].Gereja Protestan Maluku. Buku Himpunan peraturan GPM.
[4] . W. A. Roeroe. Waspadalah dan Kerjakan Keselamatan. (UKIT-press,  2003), tahun  2003, hal. 425
[5]  PGI, Lima Dokumen Keesaan Gereja 1984, 1989,
1994 (Jakarta: BPK Gunung Mulia)  
[6] W.A. Roeroe, ibit, halam 422
[7]  Ibid, hlm. 5
[8]  Ibid, hlm. 3
[9]  Hal itu dapat dibaca dalam naskah pemahaman bersama Iman Kristen yang merupakan pokok-pokok doktrin yang disepakati gereja-gereja diIndonesia, dirumuskan pada Sidang raya IX PGItahun 1989 di  Surabaya
5. Dirangkum dari berbagai sumber antara lain dari dokumen hasil Konsultasi nasional tentang KPKC yangdiselenggarakan PGI tahun 1989 di Salatiga; Konferensi Gereja dan masyarakat di Wisma Kinasih, Caringin, Bogor tahun 1989 dan di jayapura tahun 1994, Musyawarah parpem PGI tahun 1990 di Jakarta dan 1994 di Denpasar dan Konsultasi Nasional tentang pengelolaan Sumber daya Alam dan Penanggulangan bencana yang diselenggarakan Yayasan Tanggul Bencana PGI tahun 1999 di Denpasar dan Konsultasi Nasional Pemeliharaan Lingkungan Hidup yang diselenggarakan Badan Litbang PGI tahun 2000 di Sukabumi.

Jumat, 18 Februari 2011

KONSEPSI ALLAH DALAM ISLAM



Konsepsi Allah

Awal keberagamaan seseorang adalah mengenal Allah (awaluddien ma’rifatullah). Namun, sulit bagi manusia untuk mengenal dan memahami hakikat Allah. Sebab hanya Allah-lah yang paling tahu hakikat-Nya, baik zat, sifat serta af’al-Nya (perbuatan). Tak satupun penggambaran yang benar tentang Allah kecuali dijelaskan Allah sendiri. Hal ini karena zat, sifat dan af’al Allah tidak dapat dibandingkan dengan suatu apapun. Kata Allah berasal dari kata "al" dan "illah" yang artinya The God. Tuhan satu­satunya. Dalam bahasa Arab perkataan “illah” berarti "Ma'bud" (Tuhan yang disembah, ketuhanan (ilah)) termasuk kekuasaan yang tidak terbatas, sehingga dengan demikian maka semua manusia yang ada di atas dunia ini butuh kepada-Nya dan kepada-Nyalah manusia itu meminta pertolongan, perlindungan dan keselamatan untuk melepaskan diri mereka dari bahaya dan ketakutan serta segala rasa kesusahan yang di deritanya. Perkataan "Allah" adalah dari nama Tuhan yang Maha Suci. Laa Ilaaha Illallah berarti "Tidak ada Tuhan yang patut di sembah selain Allah". Sebelum kehadiran Islam kata ini telah ada sebagai nama dari salah satu illah yang dipercayai oieh para penyembah berhala di Mekkah sebagai "The Supreme God", Tuhan yang Maha Tinggi atau paling tinggi dari antara illah-illah lain. Malahan Allah ini dipercayai sebagai Tuhannya ka'bah yang menjadi bapak secara biologis dari pada al Manaf.
Dalam Al’Quran Surat as Syura (42) ayat 11 dijelaskan mengenai gambaran Allah, disitu dijelaskan bahwa zat, sifat dan af’al Allah adalah “Laisa kamitslihi syai’un” yang berarti “Allah tidak dapat menyerupai atau diserupakan dengan apapun. Ini mengandung pengertian bahwa apapun yang terbayang di angan-angan manusia ataupun yang terkilas di fikirnya tentang Allah adalah bukan sejatinya Allah. Karena itu agar tidak menyulitkan manusia, Allah menjelaskan kepada hamba bahwa Dia mempunyai zat, sifat dan af’al yang diperkenalkan oleh-Nya melalui Al-Quran dan Alhadits. Zat, sifat dan af’al Allah itu disebut-Nya “al Asmaa-ul Husna”. “al Asmaa-ul Husna” ini memiliki tiga fungsi yakni untuk mendekatkan pengertian tentang siapa dan bagaimana Allah itu sebenarnya, untuk menyelamatkan manusia dari kesesatan dalam penggambarannya tentang Allah, untuk meluruskan konsepsi yang sudah ada tentang Allah yang menyimpang dari konsepsi Allah yang sebenarnya.
Untuk meluruskan persepsi yang sudah ada tentang Allah, agar tidak menyimpang dari konsepsi Allah yang sebenarnya. Kita bisa memulainya dengan beberapa pemahaman al Asmaaul Husna berikut ini, yaitu :
-                           Al Bashier, adalah sifat Allah yang berarti mampu melihat segala sesuatu. Meskipun bagi manusia pekerjaan melihat ini berarti menggunakan mata, namun janganlah membayangkan bahwa Allah melihat dengan mata seperti dirinya.
-                           As Sami’, adalah sifat Allah yang berarti mendengar segala sesuatu
-                           Al Baarie, adalah af’al (perbuatan)Allah yang berarti merencanakan dengan sempurna.
Yang dimaksud dengan kepercayaan kepada Allah, ialah percaya bahwa Allah mempunyai sifat-sifat sempurna, dan bebas dari sifat-sifat yang tidak sempurna. Sifat Allah dan semuanya itu wajib artinya menurut hukum akal tidak boleh tidak, ada pada Allah, yakni :
1)            Bahwa Allah ada (wujud). Dan wujud Allah itu karena zatnya, bukan karena sesuatu yang lain, dan adanya itu wajib : mustahillah bahwa Allah tidak ada. Bukti yang mengatakan bahwa Allah ada ialah bahwa se alam dunia ini terjadi pada suatu masa. Dunia ini tidak kekal sebab nyata sekali bahwa dunia dipengaruhi oleh sifat rupa-rupa, misalnya ketenangan dan keguncangan, yang tidak kekal, maka nyatalah bahwa dunia ini dijadikan pada suatu masa, sebab itu tentulah ada yang menjadikannya.
2)            Bahwa Allah dahulu tidak bermula (Qidam), artinya bahwa Allah itu dahulu tidak berpermulaan yang berarti demikian, maka tentu Allah dijadikan juga pada suatu masa di dalam peredaran zaman.
3)            Bahwa Allah kekal tidak berkesudahan (baqa). Sekiranya adanya Allah tidak kekal, maka tidak dapat tidak ada kesudahanya, hat mana mustahil adanya.
4)            Bahwa Allah berlainan dengan segala yang baru, yaitu segala makluk. Andaikata Allah bersamaan dengan yang baru (mahkluk) yang dijadikannya, pastilah Allah sendiri mahkluk juga, hal mana mustahil adanya.
5)            Bahwa Allah berdiri dengan sendirinya. Maka mustahillah bahwa Allah tidak berdiri dengan sendirinya. Sesungguhnya Allah itu yang kaya dari sekalian alam dan tiada bergantung pada barang lain apapun.
6)            Bahwa Allah Esa adanya. Artinya, bahwa Allah itu Esa zat-Nya, Esa sifat-Nya dan Esa afa-Nya. Maka mustahillah, bahwa Allah berbilang zat-Nya, sifat-Nya dan Afa-Nya. Artinya tidak ada Tuhan lain yang menjadi sama dengan-Nya atau sesuatu yang lain yang sama dengan Dia, baik menurut tokohnya maupun menurut martabatnya. Maksudnya bwa Allah hanya satu saja, maka ialah yang menjadikan segala sesuatu. Hal itu setuju dengan bunyi Al-Qur'an : Allah Esa adanya, tiada taranya. Sura 112 : "Katakanlah la saja Allah, Esa adanya, Allah kekal, la tidak memperanakan dan tidak diperanakan, maka tidak ada yang setara dengan Dia". Segala sesuatu yang ada, mahkluk adanya, artinya kejadian abdi Allah, derajatnya di bawah Allah dan fana adanya.
7)            Bahwa Allah kuasa (Qudrat) adanya ; maka mustahillah Allah itu lemah.
8)            Bahwa Allah menghendaki (iradat). Artinya bahwa Allah berkemauan, dan menghendaki dan tak suatupun terjadi tidak dengan kemauan dan kehendak-Nya.
9)            Bahwa Allah mengetahui (alim) akan tiap-tiap, dan mustahillah bahwa Allah jahil (tidak tahu).
10)        Bahwa Allah itu hidup (hayat) karena itu mustahil bahwa Allah itu mati (maut).
11)        Bahwa Allah mendengar (sama) segala dan mustahillah bahwa Allah tuli.
12)        Bahwa tak ada suatu pun yang tersembunyi bagi penglihatan orang biasa. Orang biasa melihat dengan mata, Allah melihat (besar) tidak dengan sesuatu apa.
13)        Bahwa Allah itu berkata (kalam) mustahillah bahwa Allah itu kelu. Manusia berkata dengan alat yang terdiri dari mulut, lidah dan bibir, tetapi Allah tidak demikian.
14)        Sifat yang kuasa (Qadir)
15)        Sifat yang menghendaki (Murid) Sifat yang mengetahui (alim) Sifat yang hidup (hayyun)
16)        Sifat yang mendengar (samiun) Sifat yang melihat (basirun)
17)        Sifat yang berkata-kata (mutakallimun).

            Ketujuh sifat yang terakhir itu bergantung kepada tujuh sifat yang pertama, yang disebut sifat Ma'ani, yaitu sifat-sifat yang harus dianggap ada pada Allah, sebab la Allah. Maka ketujuh sifat yang terakhir, yang bergantung kepada sifat Ma'ani itu, disebut sifat Ma'nawiyah. Qudrat sifat Ma'ani, qadir sifat Ma'nawiyah. Sifat yang pertama dari enam sifat yang pertama disebut sifat nafsiyah. Dan kelima sifat berikutnya disebut sifat salbiyah. Jadi sifat Allah yang dua puluh itu dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
1.    Sifat nafsiyah yaitu sifat pertama. Yakni akal manusia tidak terima bahwa ada Allah yang tidak mempunyai sifat-sifat.
2.    Sifat salbiyah yaitu kelima sifat berikutnya. Artinya sifat-sifat itu Cuma ada pada Allah saja"
3.    Sifat ma'ani yaitu ketujuh sifat berikufiya. Yaitu sifat-sifat yang harus di anggap ada pada Allah sebab, la Allah.
4.    Sifat ma'nawiyah yaitu ketujuh sifat yang bergantung kepada ketujuh sifat ma'ani itu. Artinya Allah mempunyai segala kekuasaan (qudra), maka karena itu Allah Maha Kuasa adanya (qadir).
            Menurut anggapan umat Islam yang terutama ialah wujud artinya Allah ada maka segala sesuatu dijadikan oleh Allah, oleh sebab itu sifat Allah, sebenarnya tak perlu lagi disebut sifat yang lain, misalnya hidup. Pada perasaan orang muslim, yang termulia sifat Maha Kuasa Allah. Allah tidak perlu bantuan siapapun maka semua orang takluk kepada­Nya. Sifat Allah dua puluh itu semuanya wajib artinya tidak boleh tidak ada pada Allah. Disamping itu ada sifat-sifat yang mustahil adanya, yaitu sifat-sifat yang adanya tidak terdapat dalam akal. Misalnya sifat "adam" (tak ada) sebagai lawan dari sifat "wujud", sifat "fana" sebagai lawan dari sifat "baga".

Literatur
Bambang Ruseno Utomo, Sebuah Pendahuluan Mengenal Islam, Malang: IPTh Bale Wiyata, 1990.
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Islam Tassawuf, Surabaya: PT Bina Islam.
Soebardi Harsoio, Pengantar Sejarah dan Ajaran Islam, Jakarta: Bina Cipta, 1983.
Sobari M,Konsepsi Islam, Jakarta: Penerbit Khairul Bayaan, 2003.
H. Kraemer, Agama Islam, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1951.

TOKO GUNUNG MAS

TOKO GUNUNG MAS.  MENJUAL BERBAGAI MACAM FORNITURE,  GROSIR. UNTUK KEBUTUHAN  KANTOR  DAN  KELUARGA
Ruko Depan Pelabuha Sped Manado-Bunaken (Samping Pasar kambing Manado)
Tlp. 0813-4080-2999


SOFA DAN MEBEL


ART GALLERY





Menjual juga menjual  berbagai, Barang Grosir,. Dapatkan dengan harga menarik dan terjangkau. bagi kebutuhan kantor dan keluarga. 

JEWS – CHRISTIANS – MUSLIMS

JEWS – CHRISTIANS – MUSLIMS
MONOTHEISTIC RELIGIONS IN DIALOGUE OR IN CONFRONTATION?, 2003.
diperkenalkan di Konvensi Gereja yang seluruh gereja kristen di Berlin pada  Mei 30, 2003
Church President Prof. Dr. Dr. h.c. Peter Steinacker
Bible work on Gen. 32, 23-33

            Bagian Ini merupakan suatu cerita yang susah dipakai dan misterius penuh dengan rahasia melalui malam dan senjakala kepada timbul matahari pagi-pagi kita mendengar, suatu cerita pada waktu yang sama penuh dengan kedekatan dan keadaan tidak dikenal. Banyak dari kita akan mempunyai yang dikenal itu karena, sejak masa kanak-kanak mereka, walaupun itu bisa tidak ditulis dalam tiap-tiap kitab Injil untuk anak-anak dan tidak boleh telah diberitahu tiap-tiap pelayanan anak-anak. Karena kita benar-benar ingin ceritakan kepada anak-anak kita tentang yang baik, yang dekat dan Tuhan yang bermurah hati, siapa] yang adalah cinta yang dan siapa yang ingin meliput dan membungkus kita di dalam berkat nya, siapa  akan menghadirkan keadilan, kebaikan penuh kasih, penyayang dan kebenaran.
            Bagian ini ada suatu cerita yang diceritakan tentang hal untuk  menjauhi Tuhan, karena Tuhan adalah tak ada lain kecuali cinta murni. Tetapi keakraban yang seperti anak-anak ini dengan cerita hanya berpura-pura, dengan berusaha untuk membuatnya dapat dimengerti, itu membuat ia/nya lebih aneh lagi, adalah suatu jalan curiga. Suatu kepercayaannya  di dalam Tuhan ketika ada kecil mengasingkan Alkitab itu kepada saya dengan membawanya dekat dengan aku. Barangkali sesuatu  yang diri kita harus diperjelas dan diubah sebelum depan cerita tersebut, yang mana adalah tidak hanya aneh tetapi juga menarik dalam  misterius nya, akan mengumumkan rahasia nya. Dalam Hidup yang bersifat pesta dan sehari-hari kita memerlukan suatu pragmatisme dari pemikiran sebagai penolong musik. Itu menuntut untuk suatu keberadaan yang hampir pada suatu garis pusat, tanpa ayunan dan penumpang yang memotong ke dalam yang ekstrim karena, sejak yang dinamis untuk suatu hidup teratur meninggalkan tidak ada waktu dan ruang untuk itu. Dan dalam dunia ini dari rasionalitas masuk akal, tentang bisa dimengerti cahaya dan kemungkinan meramalkan dapat diduga telah disebut atau dipanggil "Dunia hari" dengan penyair di dalam Gaya sastra romantis- dan itu telah dibenci. Mereka konter ini hanya hampir menerangi "Dunia hari" dengan "Dunia malam" seperti air mancur pengetahuan yang bersifat menentukan dan yang asli mengenai ras manusia- manusia, keduniawian dunia dan dewa Tuhan. Zarathustra Nietzsche's dengan begitu memohon, setelah orang laki-laki yang paling buruk telah menceritakan kepada dia rahasia yang paling gelap dunia, yang mana  ke Nietzsche adalah kembalinya yang sama dan kehendak untuk kuasa bagi para pengikutnya dari hari ke dalam malam. Zarathustra membuka telinga mereka: "Keheningan! Keheningan! Keheningan! Kemudian ada di sana banyak suatu hal mendengar, yang tidak mungkin terdengar siang hari, sekarang bagaimanapun, di dalam udara yang dingin, ketika bahkan semua keributan dari hati mu telah menjadi tenang dan sekarang mengerjakan itu berbicara, sekarang apakah itu terdengar, sekarang mengerjakan itu memasuki ruang diam-diam di atas wakeful jiwa-jiwa pada malam hari, yaitu  bagaimana keluh atau nafas panjang yang tengah malam dan bagaimana itu tertawakan dalam  mimpinya Tidak dengar kamu secara aneh, dengan penuh kesulitan, dan dengan ramah berkata kepada kamu, kaum tua, tengah malam dalam? "Dan dengan begitu nyanyi tengah malam nyanyian yang mabuk". Dan lebih dalam dari hari bisa membaca. dalam Kemalangannya. Lewat rasa sukacita, namun lebih dalam dibanding duka cita dapat: Kemalangan katakan, karenanya! Pergi tetapi kegembiraan semua keabadian kekurangan, ingin keabadian dalam dalam." Dalam rangka memahami cerita malam ini tentang Jacob di Jabbok dan air mancur nya memberkati, satu kebutuhan kesunyian malam di mana hanya nyanyian hidup dapat terdengar dan menyanyi. Suara gaduh hari dan suara gaduh dari hati kita, yang diproduksi oleh memukulkan cara dari hidup yang sehari-hari kita dan mencakup segalanya selain itu harus menjadi yang lebih diam dalam rangka masuk tingkatan pemahaman, seperti itu macam cerita malam yang kita baru saja mendengar. Kita harus masuk cerita ini seperti suatu katedral di waktu malam kegelapan biru, di mana kita akan temukan suatu kesunyian pandai bicara. Gereja perlu selalu jadilah ruang mengatakan melalui kesunyian, sedangkan ada selalu kedua-duanya, pembicaraan dan musik yang akan keluar dari kesunyian ini dan mendorong kearah . seperti itu kesunyian. Dan di dalam kesunyian ini pengenalan dari sisi yang gelap kita sendiri akan tumbuh, bayang-bayang kita, mimpi, memohon hidup, rasa lapar kita untuk napsu, pengertian, pengampunan, dan pemenuhan. Kita akan hanya masuk ruang pengenalan dan pengalaman ini dari cerita malam keberuntungan ini jika kita menerima kebun yang tersembunyi dari kita sendiri menjadi, naluri kita, himbauan, dan dunia mimpi sebagai bagian dari keberadaan kita, perasaan kita, pemikiran, dan bertindak sebagai sesuatu  yang diberkati jika kita tidak menindas rasa bersalah itu kepunyaan kita karena; sejak kita tempat berlindung mengambil nafas pertama kita.
 Kita dengan begitu menemani Jacob dalam perjalanan nya ke dalam malam ini sekalipun itu will tinggal asing/aneh kepada kita di dalam suatu cara yang bersifat menentukan. Adalah penting bukan untuk menyerah keinginan itu untuk napsu, berkat, dan keselamatan. Jacob, setelah Abraham dan Isak pemilik yang ketiga memberkati dan janjikan,  yang ketiga archfather Israel, membawa sesuatu yang baru ke dalam sejarah Tuhan dan orang-orang nya. Dari sangat mulai, ia ditandai oleh kerancuan hidup yang tajam/jelas, di mana keberadaan yang diberkati nya dan nya sendirinya pengubahan dan melukai rindu akan hidup sepertinya adalah hampir inextricably mencampur. Ia, saudara nya dan memohon kuasa atau tenaga dari ibu nya Rebekah, siapa yang tidak punya kegelisahan untuk secara dramatis menyukai salah satu dari para putra nya dan untuk menipu suami tua nya, menabur benih perselisihan di dalam keluarga pemilik memberkati. Perkelahian yang kembar telah dimulai pada kandungan Rebekah's, second-born "pemilik tumit sepatu itu" (Jacob) mengirikan yang anak sulung kebenarannya. Tetapi juga Esau places'little menghargai pada atas rangkaiannya di dalam rantai memberkati. Ia menjual hak waris keturunan nya untuk  "kotoran sup" seperti Luther menterjemahkan. Jacob, sesungguhnya, mengambil keuntungan dari rasa lapar nya tetapi ia tidak menipu dia. Bagaimanapun, bukan Esau maupun Jacob atau Rebekah nampak untuk meyampaikan salam ke  sukses ini ketika itu datang menyampaikan itu berkat. Bunda dan putra disenangi nya mengkhianati kaum tua bapak siapa yang memberkati yang salah menurut hukum dan tradisi. Esau dan Isak menjadi sadar akan khianat itu. Tetapi Isak hanya mempunyai seseorang memberkati, apa yang kekuatan  seorang bapak merasakan jika ia menjadi sadar bahwa putranya telah mengkhianati dia dan yang mengambil keuntungan darinya untuk [umur/zaman] tua nya. Bagaimana nantinya hubungannya, namun isteri terkasih Rebekah? Cinta yang muda dua  ini  dan cumbu rayu Isak adalah salah satu dari cerita cinta yang paling indah Alkitab itu. Dan sekarang? Untuk Esau, Perawatan Yakub istimewa oleh Ibunya pasti tidak ada apapun baru. Tetapi apa yang datang sekarang sungguh cukup: " Sekarang Esau membenci Jacob oleh karena memberkati yang bapak nya yang yang telah memberkati dia." dan ia memutuskan untuk membunuh dia setelah segera mengharapkan kematian dari bapak nya: Kain dan Abel di pemilik memberkati. Pada atas nasihat ibu nya, Jacob melarikan diri kepada keluarganya, pergi daratan memberkati kepada daratan di dalam Timur, ke Haran, selalu berharap agar Esau sekali ketika akan melupakan kedua-duanya apa yang yang telah melakukan kepadanya. Tetapi dapat satu pernah melupakan sesuatu yang seperti itu?  tidak ada, tidak pernah pernah mempunyai Esau melupakan khianat ini dan tenang, ia tidak mengambil pembalasan dendam, tetapi aku akan kembali pada  titik ini  kemudian. Dengan Jacob, salah satu dari yang kembar, benih/keturunan] perselisihan ditaburkan keluarga yang diberkati demi Allah, berdosa genap diletakkan dirinya sendiri atas pemilik memberkati dan saudara nya. Itu pasti sedikit banyaknya keberanian, tetapi kita dapat membantu berpikir tentang dari suatu analogi kepada keluarga Tuhan orang-orang Yesus memanggil ke dalam Kerajaan Tuhan dan mencakup ke dalam berkat Abraham's? Tidakkah kita harus berpikir tentang keluarga Tuhan pengakuan nafkah keheningan di seluruh dunia siapa  yang quarrelling tentang hak waris keturunan, benar dan yang asli dan hanya berkat dari Bapa surgawi. Pada dasarnya, kita membagi Kekristenan adalah semakin dekat kepada laut konflik pembuatan Jacob dibanding kepada permasalahan nenek moyang Abraham." Tentu saja, Jacob tidak pernah akan seperti Esau dan sebaliknya- Tuhan terima kasih. Kesatuan, cinta seperti bersaudara dan bersahabat mengira  perbedaan diwarisi tetapi dengan tepat, yang membedakan dan bukan yang memisahkan merekanya dari masing-masing lain. Katholik dan mereka akan berkat Allah untuk itu karena mereka mempunyai pertimbangan baik untuk melakukannya. Kaum ortodox akan tinggal Kaum ortodox dan mereka akan berkat Allah untuk itu, mereka juga mempunyai alasan baik untuk melakukannya. Para pengikut Gereja yang cuma-cuma akan menyimpan percaya akan Gereja yang cuma-cuma dan yang berkat Allah untuk itu- mereka, juga, mempunyai alasan baik untuk melakukannya. Dan Protestan akan tinggal Protestan dan berkat Allah untuk menjadi untuk baiknya memberi alasan. Hanyalah semua kita harus berkat Allah siapa yang menyimpan kita penuh dengan berkat dari  kata-kata nya dan mengurus kita  sakramen pada atas cara kita melalui  dunia penuh dengan malam dalam Tuhan yang bukanlah dengan kita tetapi meninggalkan kita sendiri dengan duka cita [kita/kami], dosa, dan rasa bersalah dan ketakutan kita. Dalam Alkitab, di jelas bersih-an tidak dapat dimengerti, ketenangan dan oleh karena itu tegangan paling tinggi yang berikut diberitahu: Tuhan sendirinya mempertanyakan berkat nya dan janji-Nya seorang laki-laki, suatu kekuatan atasan setan tanpa alasan menyerang pemilik memberkati. Tanpa alasan yang Ia adalah setelah darah pemilik memberkati, seperti apa suatu Tuhan siapa yang apakah itu? Secara tidak pandang bulu dan untuk tidak ada alasan membentur ke luar, siapa yang memberi hidup yang dan siapa yang membunuh? Beri segalanya ke seorang, mengambil everything 'from yang lain, siapa yang melemparkan orang-orang ke dalam keberadaan mereka, menyeret merekanya di sekeliling, menyiksa pembiaran merekanya dibinasakan oleh hidup yang dan siapa yang membuat orang yang lain menjadi segalanya sukses yang mereka, membuat tidak hanya mati tua dan yang dicukupi oleh hidup tetapi pembiaran mereka berusaha memahami Yesus sebagai satu-satunya kenyamanan dalam hidup dan kematian, mereka dapat menaruh semua kepercayaan mereka di dalam-Nya. Seperti apa suatu Tuhan yang, apakah itu autocratically dan kelihatannya tidak berkurang berlari ke luar kegusarannya, dan di dalam kebebasan lengkap menolak dan memilih orang-orang? Tidak ada orang kita bisa memilih orang tua nya, waktunya ia telah ditambahkan dan sekarang harus tinggal di negeri yang ia atau dia telah dilahirkan. Mengapa telah bapak ku untuk mati stepa Rusia pada umur 26 dan waktu dan hari yang sama ibu ku melahirkan aku? Mengapa segalanya hanya hidup sebab segalanya tengah sekarat.
Sebagian orang berpikir Jacob itu ditangkap atas oleh dosa nya di Jabok itu. Karena hukum yang pokok kaum tua Dunia, yang disebut "konsekwensi" aturan memerlukan keadilan Tuhan menurut yang tiap-tiap tindakan menciptakan suatu kenyataan yang dicerminkan oleh hidup pelaku, siapa yang mengerjakan baik, akan mengalami sesuatu yang baik, siapa yang mengerjakan tidak baik, yang tidak baik akan kembali kepadanya sekalipun beberapa waktu akan sudah lulus/lewat antara tindakan dan konsekwensinya. Tetapi teks dirinya sendiri tidak menyebutkan segalanya tentang itu. Orang lain berpikir bahwa teks bukanlah tentang perjuangan benar seumur hidup dan kematian tetapi suatu perkelahian untuk doa di mana Jacob memohon kemurahan hati Tuhan. "Tetapi di dalam yang  berjuang/ berkelahi untuk doa tidak akan memindahkan paha nya. Di dalam permulaan, Jacob tidak mengetahui apa yang tiba-tiba datang kepada dia.
            Usaha untuk membawa cerita ini dari sisi hidup yang gelap dan kenyataan nya ke dalam suatu keringanan yang hanya [yang] temporer. Karena psycho-analytical usaha merasionalkan transrational itu yang rahasia dan memperbicangkan tentang orang sebagai ganti Tuhan. Jacob tidak mengetahui apa yang datang kepada dia. Di dalam aspek/pengarah ini, ia adalah asing/aneh dan pada waktu yang sama dekat dengan kita. Ia adalah dan tinggal asing/aneh kepada kita, sebab ia adalah pemilik memberkati Israel dan hanya ia berkelahi perjuangan itu di Jabbok itu. Kita adalah tidak ada Bahasa Israel. Dan dengan penuh harapan tidak semua kita harus membuat pengalaman mengerikan ini. Tetapi sisa apa yang  bukanlah ras manusia orang hanyalah  ketuhanan Tuhan. Makna ini bahwa jam ilmu agama juga datang di Jabbok. Dan identitas tentang analogi lakukan dengan begitu tidak ada. Dan mereka tiba-tiba yang dimunculkan situasi hidup yang kita tidak mengetahui apa yang  atau siapa yang telah singgah kita. Mereka mungkin bertukar-tukar perwujudan mereka tetapi struktur mereka adalah serupa. Napsu seseorang alami berubah menjadi dosa paling dalam, lain oleh suatu perangai/penusuk kejam yang membuat dia butakan untuk sendirinya dan orang yang lain. Di dalam suatu persekutuan, cinta yang tiba-tiba berubah menjadi dingin atau bahkan lebih buruk: sikap acuh tak acuh, atraksi seksual berubah menjadi menjijikkan. Tuhan yang menghadapi kita dalam  berbagai hal itu, hidup dan cerita ini di dalam  umum   selalu sekitar Tuhan dalam hidup dan bukan sekitar Tuhan di dalam teori. Teori, bagaimanapun, harus mencerminkan ketika Tuhan ini dalam hidup untuk cara lainnya, ia akan untuk selamanya tinggal bisu atau selalu berbahaya. Sesuatu yang breathtaking berbeda dibanding Jacob yang bertemu dengan egonya terjadi di Jabbok itu. Tentu saja, Perjuangan yakob berubah sen]dirinya. Ia telah ditandai dan terluka perjuangan tetapi ia juga keluar dari tentangnya sebagai baru saja dan dengan cara yang berbeda memberkati. Lain, bagaimanapun, adalah juga benar: Perjuangan yakob berubah "orang laki-laki" ke dalam Tuhan sendirinya. Malam yang mengancam ini dengan begitu tidak hanya berubah Jacob siapa yang kembali ke rumah nya, tetapi itu juga berubah Tuhan Israel, siapa yang, menjadi; disebut Bapa Tuhan Yesus Kristus, juga ingin keselamatan dan keberuntungan kita. Tuhan tidak tinggal tanpa perubahan ketika ia datang dekat dengan dunia.
            Kedekatan Tuhan ini mempunyai beberapa setasiun. "Orang"  yang menyerang Jacob tanpa alasan seperti halnya Tuhan tanpa alasan menuntut Abraham untuk mengorbankan putra miliknya, sama halnya ia menyerang Musa di dalam padang pasir dalam rangka membunuh dia, sama halnya ia membawa kerusakan di atas orang-orang nya dan memimpinnya ke dalam godaan,  "orang dalam tingkah" yang pada awalnya berubah menjadi suatu setan sungai, siapa yang, seperti semua setan, menghindari senjakala itu. Karena kaum tua tradisi menunjukkan bahwa ketuhanan itu harus menghilang lenyap dengan peningkatan matahari. Dalam kaitan dengan pergerakan penerbangan ini Jacob mengenali bahwa musuh nya adalah tidak ada manusia dan penginapan jari nya genap lebih dalam ke dalam dia. Ini adalah pada waktu setan yang benar-benar memukul dia, Jacob memindahkan paha nya tetapi melekat bahkan lebih keras kepada setan, pengetahuan yang ada lebih dari dia dan bahkan lebih dari yang Bapa [siapa] yang telah memberkati dia ia mengarahkan permohonan nya [bagi/kepada] suatu atasan menjadi: "aku tidak akan biarkan kamu pergi, kecuali jika engkau memberkati aku." Dan "orang laki-laki" siapa yang ingin tak ada lain kecuali untuk dibiarkan kehilangan sebab pagi yang yang telah rusak/merekah tiba-tiba memerlukan banyak waktu  dan kebebasan untuk memperbicangkan tentang hal lain tetapi untuk mendapat/kan bebas dari Jacob dan menghilang lenyap di dalam  kegelapan malam. Dengan membabi buta menyerang " orang laki-laki" berubah menjadi itu "mengembara setan sungai" siapa yang harus menghindari matahari dan ia berubah menjadi suatu ketuhanan atasan siapa yang mempunyai waktu dan ruang  menjadi begitu dekat dengan kita manusia dan dunia kita  ketika kita sedang sedang hidup atau tinggal pada waktunya dan ruang tersebut. Ia mendapatkan sangat dekat, yang sekarang ia tertarik untuk belajar nama dari musuh nya, ego membedakan nya: "Apa nama mu?" aku berarti: " Siapakah engkau?" dan kemudian ia memberi Jacob adalah suatu nama baru. Nurut kaum tua tradisi, makna ini yang ia menunjukkan sendirinya ke Jacob sebagai yang kuat, sebagai Tuhan, Karena ia, siapa yang dulu diijinkan untuk memberi seseorang adalah suatu nama, ini adalah apa yang kaum tua tradisi ceritakan kepada kita mempunyai kuasa di atas dia. Kamu diharapkan untuk dipanggil] Israel, yang berarti pejuang atas nama Tuhan. Keluarga Jacob yang diberkati dengan begitu menjadi seorang orang-orang. The blessing Abraham menjadi jelas nyata adalah seorang orang-orang yang membawa nama ini sampai hari ini, ini  perlu benar-benar telah menjadi cukup untuk Jacob untuk mengenali dengan siapa ia telah berkelahi. Bahwa itu adalah, tidak hanya seorang laki-laki dan tidak ada setan sungai atau ketuhanan abstrak juga, tetapi Jacob yang menurut ilmu keTuhanan kembalikan questicn. Ia juga ingin mengetahui nama itu. Apakah ia benar-benar juga ingin mempunyai kuasa di atas musuh nya? Sesuatu yang mendukung asumsi ini adalah membentur kerancuan di dalam cerita itu Di mana Jacob diumumkan sebagai pemenang di dalam deklarasi menyebut, sedikitnya di dalam standard, terjemahan dan juga di dalam terjemahan Luther's. Suatu versi modern menterjemahkan sebagai berikut: "Karena sebagai pangeran engkau telah kuasa dengan Tuhan dan dengan orang, dan telah berlaku." Jacob kemudian pasti berubah menjadi  penguasa ketuhanan dan ia akan dengan begitu mempunyai kebenaran dan kuasa untuk memberi suatu nama kepada Tuhan yang dikalahka. Jacon berkelahi bukan untuk mati, seperti kita ketahui ujung cerita. Terjemahan Alternatif ini yang akhirnya mengungkapkan pengertian yang yang mengenai agama Jacobs pertanyaan yang mengenai agama: Jacob meminta nama itu untuk pasti bahwa itu benar-benar adalah Tuhan dari para bapaknya, namanya tidak yang diijinkan untuk tersebut dan siapa yang mengejar darahnya. Karena hanya Tuhan ini mempunyai suatu berkat lebih pandai daripada Berkat bapak, yang mana adalah berkat kesehatan, keselamatan, dan hidup." Pada dasarnya dalam cerita di atas memberikan penekanan bahwa dalam koneksi ini, dua aspek adalah bahwa kepada aku bahwa aku bermaksud tulis merekanya bawah  Perjuangan yakob di Jabbok ceritakan kepada kita, kepercayaan adalah tindakan mengarahkan semua kepercayaan kita dalam harapan kita, dan harapan hidup dan mendesak untuk kepercayaan di dalam Tuhan serta mampu memberkati kita dan dunia kita.
            Luther kadang-kadang memanggil dunia itu adalah suatu petani mabuk dan apa yang ia bermaksud bahwa adalah bencana alam di atas bumi dan perasaan/pengertian tentangnya akan selalu tinggal suatu rahasia kepada kita. Kepercayaan adalah tindakan percaya akan Tuhan adalah suatu dunia yang tak dapat diramalkan dan gelap siapa yang akan temu kita dengan berkat. Kepercayaan kita adalah tentang yang dipasang dari kesengsaraan kesia-siaan, berbagai kesulitan, selfcontradiction, kemalangan, dan turut berbaris kematian kepada bung hidup, itu adalah tentang dihibur, memegang dan memberkati walaupun hidup dengan diri kita dan di dalam diri kita adalah sering mengerikan. Kita berpikir tentang suatu memberkati. Kita akan dan kita dapat hilangkan diri kita wholeheartedly penuh dengan kepercayaan di dalam kemurahan hati Tuhan, untuk penebusan dosa dan doa adalah tak ada lain kecuali dirinya gagal/kehilangan di dalam kemurahan hati Tuhan, tentang hidup yang mengancam dan masuk pagi hari yang baru dari kita milik hidup, bahkan kita dapat  dan kita boleh kepercayaan di dalam suatu memberkati Tuhan kegelapan hidup dari beban kelelahan dosa kita dan kepercayaan kita mengetahui sisi lain  macam hal dan kita dengan begitu berdoa/ mohon] kepada Tuhan kita sebagai manusia menandai dan yang luka oleh hidup, Oleh karena itu, diharapkan untuk ditinggalkan dalam Keagungan Tuhan dalam dunia Milik-Nya; untuk dalam semangat ini, kita menjauhi Nya, atau pun melakukan Ia ingin kita untuk mempunyai, dalam semangat ini, apapun untuk lakukan atas-Nya,  karena  Tuham ajarkan kita untuk tetap diselamatkan-Nya.
            Tuhan mengambil kita di dalam ini berkat Israel selalu selama-lamanya lagi. Karena bagaimana selain itu kita perlu bisa tinggal di dalam dunia ini sebagaimana lewat Berkat Tuhan akan dengan begitu [meliput/tutup] kita semua: "Tuhan memberkati kamu dan melihara kita; Tuhan membuat Wajah nya bersinar atas kamu, dan jadilah sangat ramah bagi kamu; Tuhan mengangkat Wajah/Ketenangan nya [atas/ketika] kamu, dan memberi kamu damai."
           
KESIMPULAM
            Pada dasarnya, kita membagi Kekristenan adalah semakin dekat kepada laut konflik pembuatan kita dibanding kepada permasalahan nenek moyang Abraham." Tentu saja, kita  tidak pernah akan seperti apa yang telah di lakukan oleh Tuhan. Kesatuan, cinta seperti bersaudara dan bersahabat mengira  perbedaan diwarisi tetapi dengan tepat, yang membedakan dan bukan yang memisahkan merekanya dari masing-masing lain. Katholik dan mereka akan berkat Allah untuk itu karena mereka mempunyai pertimbangan baik untuk melakukannya. Kaum ortodox akan tinggal Kaum ortodox dan mereka akan berkat Allah untuk itu, mereka juga mempunyai alasan baik untuk melakukannya. Para pengikut Gereja yang cuma-cuma akan menyimpan percaya akan Gereja yang cuma-cuma dan yang berkat Allah untuk itu- mereka, juga, mempunyai alasan baik untuk melakukannya. Dan Protestan akan tinggal Protestan dan berkat Allah untuk menjadi untuk baiknya memberi alasan. Hanyalah semua kita harus berkat Allah siapa yang menyimpan kita penuh dengan berkat dari  kata-kata nya dan mengurus kita  sakramen pada atas cara kita melalui  dunia penuh dengan malam dalam Tuhan yang bukanlah dengan kita tetapi meninggalkan kita sendiri dengan duka cita [kita/kami], dosa, dan rasa bersalah dan ketakutan kita
Karena hanya Tuhan ini mempunyai suatu berkat lebih pandai daripada Berkat bapak, yang mana adalah berkat kesehatan, keselamatan, dan hidup." Dalam kesaksian Alkitab, di jelas bersihan tidak dapat dimengerti, ketenangan dan oleh karena itu tegangan paling tinggi yang berikut diberitahu: Tuhan sendirinya mempertanyakan berkat nya dan janji-Nya seorang laki-laki, suatu kekuatan atasan setan tanpa alasan menyerang pemilik memberkati. Tanpa alasan yang Ia adalah setelah darah pemilik memberkati, seperti apa suatu Tuhan siapa yang apakah itu? Secara tidak pandang bulu dan untuk tidak ada alasan membentur ke luar, siapa yang memberi hidup yang dan siapa yang membunuh? Beri segalanya ke seorang, mengambil everything 'from yang lain, siapa yang melemparkan orang-orang ke dalam keberadaan mereka, menyeret merekanya di sekeliling, menyiksa pembiaran merekanya dibinasakan oleh hidup yang dan siapa yang membuat orang yang lain menjadi segalanya sukses yang mereka, membuat tidak hanya mati tua dan yang dicukupi oleh hidup tetapi pembiaran mereka berusaha memahami Yesus sebagai satu-satunya kenyamanan dalam hidup dan kematian, mereka dapat menaruh semua kepercayaan mereka di dalam-Nya.

Kamis, 17 Februari 2011

Relasi Manusia dengan Alam

Suatu Kajian Pemikiran Pdt. Prof. Dr. W. A. Roeroe Terhadap
Permasalahan Lingkungan Hidup
By. Gerald Akerina

Pendahuluan
Dunia dan segala isinya merupakan hasil ciptaan Allah. Pengungkapan ini sangat jelas dicatat dalam Alkitab, melalui kesaksian yang menceritakan tentang penciptaan langit dan bumi serta segala isinya, lalu kemudian Tuhan menciptakan manusia pertama yang ditempatkan di taman Eden (Kejadian 1-2). Penciptaan yang di lakukan oleh Tuhan dengan teramat baik mengandung maksud tersendiri bahwa melalui penciptaan, Allah menghendaki manusia dan alam menjalin suatu hubungan yang harmonis. Hubungan ini ingin memperlihatkan bahwa alam dan manusia sebagai hasil ciptaanNya ingin memberikan pengakuan terhadap eksistensi Allah di tengah-tengah ciptaanNya. Manusia sebagai salah satu ciptaan Allah adalah ciptaan yang memiliki keistimewaan tersendiri dan melebihi ciptaan Allah lainnya. Olehnya karena itu, Daud pernah berkata: “Aku bersyukur kepadaMu karena kejadianku yang dahsyat dan ajaib, ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya” (Mzm. 139:14). hanya manusia yang diberikan mandat dari Allah untuk memelihara dan melesarikan serta mengelola ciptaan yang lain (Kej. 1:28, 31; 2:15). Mandat Allah yang di berikan bagi manusia untuk mengelola ciptaanNya,
Melalui keunggulan akal yang dimiliki oleh manusia maka berbagai hasil alam pun diolah dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena keinginan mansia yang tidak terbatas, maka manusia melakukan eksploitasi alam, tanpa melihat keberadaan sumber daya alam yang terbatas dalam memenuhi kebutuhan manusia, akhirnya terjadilah kerusakan lingkungan. Permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini bukan lagi menjadi  masalah yang asing bagi manusia. Berbagai masalah yang berhubungan dengan prilaku manusia dengan alam dapat kita temui dan rasakan  pada kehidupan kita sekarang ini.
Untuk melihat permasalahan ini, maka ada baiknya penulis mencoba mengkaji pemikiran dari seorang seorang guru besar UKIT, yaitu Pdt. Prof. Dr. W. A. Roeroe, Selain juga memberikan minat pada Pernjanjian Lama (PL) dan budaya, ada juga minat yang dimiliki juga oleh Prof. Roeroe yaitu minatnya tentang alam. Minat atau pemikiran dalam bidang inilah yang coba di gali oleh penulis dengan tujuan memberikan suatu kerangka pemikiran teoritis mengenai betapa pentingnya masalah alam atau lingkungan untuk menjadi pembicaraan yang aktual masa kini.

Permasalahan Lingkungan hidup
Telah dijelaskan di atas, bahwa berbagai permasalahan lingkungan hidup bukanlah suatu yang asing ditelinga kita. Sejak zaman dahulu telah terjadi masalah ini tetapi diakibatkan karena faktor alamiah, misalnya Gunung meletus, atau kebakaran hutan yang terjadi karena gesekan ranting pohon pada musim panas, sehingga membuat percikan api. Jadi masalah ini terjadi tanpa campur tangan dari mahluk yang dinamakan manusia. Namun, sungguh sangat disayangkan  akhir-akhir ini banyak tejadi permasalahan lingkungan yang memang terjadi akibat ulah manusia itu sendiri yang secara sengaja melakukan ekspolitasi pada alam. Khusus hal ini banyak kita temui dimana saja, bahkan pada umumnya di setiap negara yang ada dibelahan bumi ini memiliki masalah yang sama. Misalnya pencemaran Udara, Air, dan Tanah yang disebabkan limbah-limbah gas yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan industri. Banjir yang diakibatkan oleh manusia yang menebang pohon secara tidak bertanggungjawab dan tidak melakukan upaya reboisasi hutan yang telah gundul, sehingga ketika datang musim hujan maka terjadilah banjir dan tanah longsor. Dan tentu saja dari masalah-masalah alam ini telah banyak menimbulkan korban jiwa dan juga dari populasi hewan yang semakin menurun bahkan lenyap, karena tempat tinggal mereka telah hilang. Bahkan juga ini tengah mengahangat juga fenomena pemanansan global, sebagai klimaks dari sikap manusia itu sendiri yang tidak bersahabat dengan alam.
Dari masalah lingkungan yang terjadi, kita sebagai manusia harus bertanya apakah kita tidak dapat berpikir secara logis dan sistematis lagi sehingga tindakan kita untuk mengeksploitasi lingkungan hidup hanya berhenti pada tahap pengeksploitasian semata tanpa diikuti proses selanjutnya yaitu tanggungjawab  untuk merawat dan memilihara? Lemahnya kesadaran kita terhadap lingkungan hidup juga terjadi karena  adanya anggapan yang memandang bahwa pemanfaatan alam bagi manusia itu adalah hal yang wajar dan tidak menyalahi aturan. Menebang pohon guna kebutuhan manusia adalah hal yang sangat lumrah, misalnya. Membuang sampah sembarangan di mana pun sepertinya adalah suatu hal yang juga wajar, belum ada aturan yang ketat untuk itu. Proses yang sama kiranya juga terjadi atas sikap kita terhadap alam dan lingkungan hidup. Kita tahu bahwa menebang pohon seenaknya  suatu hal yang jelas-jelas salah, tapi kita toh tetap melakukannya berulang-ulang, sebab kita diuntungkan, dan itu adalah hal yang sudah biasa dan mungkin kita menikmatinya. Barangkali kita baru akan benar-benar tersadar ketika terjadi bencana besar menimpa hidup kita atau sesama kita.


Keprihatinan Prof. Roeroe pada Hutan Gunung Mahawu
Keprihatinan terhadap masalah kerusakan alam, khususnya kondisi hutan di sekitar Gunung Mahawu di Tomohon ternyata telah di gumuli oleh Pdt. Prof. Dr. W. A. Roeroe. Melalui tulisannya yang berjudul Hutan, Hantu dan Tuhan[1] ia memberikan suatu cerita pengalaman, yang pada waktu itu tengah terjadi Perang Dunia ke-II 1941-1945, dimana tentara Jepang melakukan penyerbuan dan menguasai daerah-daerah di Indonesia, termasuk Minahasa yang menjadi tempat penimbunan bahan-bahan logistik perang. Atas kehadiran tentara Jepang membuat sebagian penduduk melakukan penyingkiran ke hutan. dalam penyingkiran inilah Prof. Roeroe mendapat kesempatan untuk belajar pada sang kakek  mengenai berbagai mahluk hidup yang ada pada waktu itu. Yang pada intinya keutuhan hutan di Gunung Mahawu itu masih tetap terjaga, berbagai species hewan langka masih banyak di temukan waktu itu, seperti “Celeng” (Babi Hutan), “Kulo Ipus” (Tikus Berekor Putih), “Kuse”, “Tangkasi”, “Tarchus”, “Kum-kum”, dll. Para penghuni hutan ini seolah-olah memberikan suatu suara orkes yang unik dan indah untuk di dengar, di tengah lebatnya Pohon-pohon besar yang menutupi tanah, membuat suasana ditengah hutan terasa damai dan menenangkan jiwa, sambil memuji kebesaran Tuhan yang telah menciptakan semuanya itu. Pengalaman ini disebut Prof. Roeroe sebagai “Kuliah Kerja Lapangan” dari sang kakek yang bernama Penatua Absalom Angow.
Sungguh menyedihkan hati ketika Prof. Roeroe kembali dari tugas belajar di Jerman di penghujung tahun 1970-an, beberapa kali Prof. Roeroe melakukan pendakian di lereng Gunung Mahawu, tetapi sangat disayangkan lebatnya hutan yang dahulu pernah menenangkan jiwa, beberapa mata air yang besar yang menjadi sumber air minum dari penduduk dan alunan suara orkes dari “penghuni” hutan Mahawu kini telah hilang di telan rakusnya sikap manusia yang melakukan penggundulan hutan secara tidak bertanggung jawab
Ada suatu keprihatinan yang besar melihat kondisi ini, karena berbagai sumber alam turut memberikan peranan yang penting bagi kelanjutan kehidupan seluruh mahluk hidup, secara khusus manusia. Dari setiap generasi pastinya membutuhkan sumber-sumber ini baik untuk tempat tinggal (papan), maupun makanan (sandang). Juga bagi para hewan yang hidup membutuhkan kondisi hutan yang baik untuk menjadi tempat tinggal mereka dan untuk berkembang.

Berangkat dari Pemikikiran Prof. Dr. W. A. Roeroe
            Dari beberapa kasus yang telah diuraikan di atas, sedikit banyak telah memberikan pada kita gambaran yang jelas tentang kondisi alam yang tengah terjadi di bumi tempat kita tinggal. Realitas ini bukan hanya memberikan pada kita informasi tentang kondisi alam yang menjadi tempat kita “bertumpu” dengan memanfaatkan berbagai kekayaan yang dihasilkannya, melainkan sudah saatnya kita mencoba memberikan suatu masukan pemikiran yang berarti dalam menghubungkan sikap manusia dalam mengelola alam. Hal ini bertujuan dalam rangka menyelamatkan kondisi alam ini yang sudah semakin rusak. Atau pendek kata, kita memperhatikan alam bukan karena alam sudah memberikan pada kita berbagai hasil, melainkan karena alam membutuhkan kita (manusia) untuk melestarikannya melalui paradigma berpikir tentang alam itu sendiri.
            Berhubungan dengan membangun paradigma berpikir yang baru tentang alam maka ada baiknya jika kita mencoba menggali pemikiran dari Pendeta Prof. Dr. W. A. Roeroe, yang dalam tulisannya yang berjudul Renungan Tentang Pelestarian Bumi[2], telah memberikan suatu bahan pemikiran tentang bagaimana manusia berhubungan dengan alam dalam perspektif teologis, yang didasarkan atas penafsiran yang kritis pada salah satu bagian Alkitab dalam Perjanjian Lama Khususnya Yesaya 24 : 1,4,5.
(1)sesungguhnya, Tuhan akan menanduskan bumi dan akan menghancurkannya, akan membalikan permukaannya, dan akan menyerakkan penduduknya.
(4)Bumi Berkabung dan layu, ya, dunia merana dan layu langit dan bumi merana bersama
(5)Bumi cemar karena penduduknya sebab meraka melanggar undang-undang, mengubah ketetapan dan mengingkari perjanjian abadi

            Dalam bagian Alkitab di atas tergambar jelas amarah dan murka Tuhan akan ciptaannya, yang telah menyalahi Ketetapan-ketetapannya. Menurut Prof. Dr. W. A. Roeroe ucapan-ucapan nabi Yesaya ini waktu umat Tuhan sedang mengalami pembuangan dari kerajaannya Yehuda ke Babilonia yang telah bangkit menjadi adikuasa abad ke-6 Sebelum Masehi. Penghukuman ini terjadi karena umat Tuhan telah lama melupakan akan ketetapan-ketetapan Nya, sehingga mereka mempraktekan atau melaksanakan ketidakadilan, memeras yang lemah, dan menguras alam demi kepentingan pribadi. Keserakahan dalam menjalani kehidupan telah menjadi bagian mereka. Semua itu dilakukan tanpa takut pada Tuhan sebagai maha pencipta, sehingga mereka bebas melakukan apa saja tanpa memperdulikan segala undang-undang, ketetapan dan perjanjian abadi. dari hal inilah mengapa murka Tuhan turun pada sendi-sendi kehidupan bangsa dan umat, kekalutan dan kekacauan terjadi, sehingga mereka menjadi sasaran empuk bagi bangsa lain untuk ditaklukan. Inilah yang terjadi bagi umat yang memang mengeraskan hati. maka, dari penghukuman ini Tuhan ingin memberikan suatu teguran bahwa apa yang terjadi pada mereka memang diakibatkan oleh sikap hidup mereka yang telah jauh dari Tuhan. Kesengsaraan yang mereka alami menimbulkan renungan-renungan, doa-doa pengampunan agar Tuhan mengembalikan kehidupan mereka dari pembuangan yang penuh dengan penderitaan (Mazmur 123 : 1, 3-4 ; 130, 1, dst)
            jika melihat berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini yang dihubungakan dengan makna bagian Alkitab di atas, sebenarnya memberikan suatu ketegasan bahwa apa yang terjadi pada dunia dengan berbagai bencana alam yang dialami oleh manusia adalah karena ulah dari manusia itu sendiri yang tidak menaati berbagai ketetapan, aturan yang telah diberikan Tuhan, sehingga seluruh mahluk hidup (termasuk manusia) telah menjadi korban atas ketamakan manusia yang tidak ada batasnya atau manusia telah menyalahi kebebasannya.
Menurut hemat penulis pemikiran yang telah diuraikan di atas tadi merupakan salah satu landasan pijakan etika lingkungan, di mana manusia itu sendiri harus mengahargai alam sebagai sesama ciptaan Tuhan. Bahkan lebih konkrit lagi manusia sebagai mahluk yang bermoral harus memasukan mahluk yang non-manusia ke dalam perhatian moral manusia. Di mana kehidupan dari mahluk non-manusia bukan hanya dilihat sebagai perhatian dari manusia, melainkan lebih dari itu yaitu sebagai  agen moral (moral agent). Pemahaman bahwa alam dilihat sebagai agen moral bagi manusia berimplikasi pada sikap dan prilaku manusia terhadap alam itu sendiri. Jadi seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa lemahnya pemahaman manusia terhadap alam akan berdampak pada sikap yang sewenang-wenang pada pengelolaan alam yang hanya berpusat pada manusia (Antroposentrisme). Karena sudah terlalu lama manusia mellihat bahwa alam hanya sebatas sarana, alat atau materi saja, sehingga alam ini tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.

Penutup
Oleh karena itu belajar dari pemikiran Pdtt. Prof. Dr. W. A. Roeroe yang telah diuraikan tadi, kita diingatkan untuk melakukan perubahan radikal atas pemahaman pada alam yang selama ini telah keliru. Sebagai manusia yang memiliki rasio kita dihantar untuk mampu mengelola ciptaan Tuhan ini dengan sebaik-baiknya, karena manusia sebagai pengemban amanat Tuhan untuk menjaga, mengelola bahkan melestarikan ciptaanNya dengan penuh tanggung jawab (Kejadian 2 : 15). Dan tentu saja amant ini membutuhkan pemberian diri manusia secara totalitas untuk menerima bahwa alam dan manusia diciptakan oleh Tuhan yang sama, bahkan lebih tegas lagi bahwa alam yang dahulu diciptakan oleh Tuhan, kemudian manusia (Kejadian 1), sehingga tidak ada alasan bagi manusia melakukan eksploitasi dengan tidak bertanggung jawab pada alam.
Dengan demikian,  semua bentuk kesadaran, pengetahuan, tindakan dan sikap terhadap lingkungan hidup dan segala makhluk di dalamnya dikembalikan pada kita. Kita sebenarnya juga diajak untuk memulai suatu cara hidup baru yaitu dengan memberikan penghargaan terhadap lingkungan hidup dan makluk hidup lain yang ada di dalamnya sebagai sesama anggota komunitas kehidupan di bumi.


[1] Tulisan ini pernah diterbitkan pada Harian Telegraf pada tanggal 11-14 November 2000, dalam rangka perayaan HUT ke-66 Sinode GMIM dan Hari jadi ke-572 Minahasa.
[2] Tulisan ini pernah diterbitkan oleh Harian Manado Post Sabtu, 7 Oktober 2000, hlm. 14