Anak Amakele Seram Alifuru Nusa Ina

Selamat Datang di Blog, anak Amakele Seram Alifuru.
Life is a "choice", immediately determine the "choice" ..
or "choice" will determine your life.

Somba UPU LANITE. Tabae UPU INA AMA

Kamis, 24 Maret 2011

HUMANISME DAN GERAKAN ZAMAN BARU


HUMANISME DAN  GERAKAN ZAMAN BARU

Gerald Ganteng. Akerina

Pendahuluan
Dunia yang semakin berkembang dalam bidang Ilmu pengetahun dan teknologi, semakin mempengaruhi di setiap segi kehidupan manusia. Kemajuan ini di satu sisi memberikan keuntungan bagi manusia, namun di sisi yang lain memberikan kerugian bagi manusia itu sendiri, hal ini terasa dimana timbulnya perasaan kekosongan batin atau kerohanian dari manusia itu sendiri. Agama yang merupakan institusi bagi manusia untuk mendapatkan suasana batin atau kerohanian yang damai ternyata belum mampu atau tidak cukup menyentuh kekosongan batin itu. Dari realitas yang terjadi ini mengakibatkan mereka mulai mencari nilai-nilai spritual dari Agama-agama kuno yang bersifat adikodrati (supranatural). Hal ini semata-mata dilakukan tuntutan untuk menjawab perasaan batin atau kerohanian yang belum “terpuaskan” dari agama-agama yang ada saat ini.
Ir. Herlianto M.Th, dalam bukunya yang berjudul Humanisme dan Gerakan Zaman Baru  memberikan bahan pemikiran yang penting dalam kita melihat Gerakan-gerakan baru yang muncul saat ini, dan juga berkembang menjadi suatu ajaran yang menarik simpati dalam masyarakat dewasa ini dalam mengapresiasikan kehidupan kerohanian mereka dalam bentuk dan makna yang berbeda dari ajaran-ajaran agama yang ada saat pada umumnya.
Realitas ini sangat penting untuk di kaji dalam sudut pandang agama kristen, hal ini diperlukan dalam tujuan untuk melakukan perbandingan atau kesesuainnya dengan firman Allah itu sendiri. Tentu saja, hal ini dimaksudkan sebagai sumbangan pemikiran bagi orang kristen masa kini agar mempunyai suatu pegangan atau arah dalam melanjutkan kehidupannya sesuai dengan kehendak Allah.
Isi
Sejarah gereja telah mencatat bahwa agama kristen sejak muncul dalam dunia telah diwarnai dengan pertentangan dan hambatan. Tidak sedikit orang kristen yang rela meninggalkan iman mereka kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat mereka. Namun, tidak sedikit juga mereka yang dengan tetap teguh mempertahankan iman kepada Kristus, walaupun didera dengan penderitaan bahkan sampai pada kematian.[1]
Dewasa ini seiring banyaknya ajaran-ajaran baru yang muncul disekitar gereja, maka sangat sering gereja lebih memilih untuk bersika “opportunis” dengan ajaran-ajaran baru tersebut, sehingga banyak para pemimpin gereja atau pendeta yang memilih sikap sikretisme, yaitu usaha yang ingin mencampuradukan ajaran-ajaran tersebut dengan ajaran kristen yang murni. Hal ini berdampak pada universalisme ajaran atau beranggapan bahwa usaha dari setiap agama sama yaitu menuju pada Tuhan yang esa, sekalipun dengan cara dan tindakan yang berbeda.
Hal semacam ini telah kita dapati dalam perjalanan awal sejarah perkembangan gereja itu sendiri. Rasul Paulus dalam pelayanannya juga menghadapi tantangan seperti di atas. Paulus yang saat itu berada di Athena diperhadapkan sidang Aeropagus, waktu itu ia diperhadapkan dengan dua golongan filsafat yang mendominasi pemikiran pada masa itu, yaitu golongan Epikuros dan golongan Stoa (Kis. 17:18). Menurut Herlianto gololongan Epikuros mewakili paham Atheisme, yaitu kepercayaan yang beranggapan bahwa tidak Allah. Sedangkan golongan Stoa mewakili paham Pantheisme, yaitu kepercayaan yang beranggapan bahwa segala sesuatu dalam alam adalah Allah[2].
Dalam perkembangannya kedua pandangan filsafat kembar ini selalu muncul dalam bentuk yang lain. Dan masa kini dapat dilihat bahwa golongan Epikuros kelihatan dalam bentuk Humanisme sekuler, dan golongan Stoa kelihatan dalam bentuk yang modern dalam paham baru dengan sebutan gerakan zaman baru.

A.      Humanisme
Pemahaman umum menjelaskan bahwa humanisme merupakan paham yang berpusatkan pada manusia dan tidak menerima hakikat Tuhan yang adikodrati di atas manusia. Namun, pemahaman klasik lebih menjelaskan bahwa paham humanisme adalah paham yang muncul di Eropa pada abad-abad XV dan XVI yang sejalan dengan pemikiran renaissance[3]. Sikap ini berhubungan dengan penyair-penyair Romawi dan Yunani zaman purba, dimana munculnya perasaan kesukaan akan dunia ini yang mengandung banyak kemungkinan bagi manusia khususnya ketertarikan akan alam yang indah dan permai.
Dalam dunia Ilmu pengetahuan dan kesusasteraan maka hal ini dinamakan dengan Humanisme (kemanusiaan) arti yang lebih luas peradaban yang diperoleh dari kebudayaan kuno yang mendahului peradaban kristen, “pulanglah kepada sumber-sumber” itulah yang menjadi semboyan humanisme dan sejak munculnya gerakan ini maka sumber-sumber kesusasteraan kristen, yaitu kitab-kitab dari bapa-bapa gereja dan karangan-karangan para filsuf dan pujangga-pujangga kafir diselidiki dengan teliti oleh seorang humanis.[4]
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa tekanan utama humanisme ialah gebrakan untuk mendapatkan kebebasan dari manusia seutuhnya, yang sebelumnya kebebasan manusia itu hanya dikuasai oleh segelintir orang (golongan Aristokrat) pada abad-abad pertengahan. Untuk itu akan dijelaskan beberapa perkembangan humanisme, sebagai bentuk perkembangan rasionalitas manusia dari berbagai zaman.
a.    Humanisme Lama
Humanisme lama atau humanisme klasik, dengan tokohnya yang paling terkenal waktu itu adalah Desiderus Erasmus (1946-1936) ia yang sebelumnya sebagai orang yang terbuka dan menempatkan Injil dan tokoh Yesus sebagai manusia yang ideal. Mengalami kekecewaan bahkan kesedihan ketika ia melihat ulah para pemuka agama yang bertikai. Maka, dari hal inilah yang membuat ia menolak hal-hal ilahi dalam Injil yang disebutkannya sebagai pandangan tahyul, sehingga dari kenyataan ini ia memilih humanisme sebagai pandangan hidup yang lebih manusiawi dibandingkan ajaran-ajaran kristen pada zaman itu.
Humanisme pada zaman itu memang memberikan pengaruh dalam budaya dunia dan banyak dianut oleh banyak orang. Humanisme klasik sifatnya yang memberi tempat dan menjunjung tinggi harkat manusia, sehingga humanisme mengangkat manusia dari kebodohan dan manusia dapat mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya, sehingga mampu menciptakan teori-teori yang berguna bagi kehidupan manusia dalam dunia. Yang sebelumnya sikap ini hanya dikuasai oleh gereja.
  Sikap yang mengembangkan potensi manusia ini ternyata berdampak pada penolakan akan hal-hal yang berbau adikodrati. Humanisme ini mengembalikan manusia pada peri kemanusiaan yang berbeda dengan peri kemanusiaan yang telah diajarkan oleh agama. Jadi, meneliti gejala alam dengan penuh perhatian dan menolak ajaran agama yang berbau adikodrati, inilah yang menjadi wajah dari humanisme klasik.
b.   Humanisme Sekular[5]
Istilah “Humanisme Sekular” muncul pada abad ke 20, sesudah perang dunia I. Humanisme sekular menghangat di Amerika, yang menekankan gerakan kebudayaan dan intelektual yang ingin menjelaskan bahwa keberadaan manusia itu tanpa sangkut-pautnya dengan Tuhan. Sekularisme sendiri berarti “sikap manusia yang dapat dijelaskan tanpa sangkut-paut agama” atau “sikap yang hanya berorientasi pada dunia ini (saeculum) dan menolak dunia kekekalan (aeternum)”. Sikap ini menjadi berkembang di Amerika ketika para humanis menerbitkan suatu manifesto yang berjudul A Humanist Manifesto disini sangat jelas tergambar pemikiran dan paham dari para humanis, bahkan di tahun 1973 dikeluarkan lagi Manifesto humanis II.  
Jadi, pada intinya humanisme sekuler merupakan paham budaya dan pemikiran mengenai hidup yang didasarkan sikap “menolak Tuhan dan hal-hal yang bersifat adikodrati” dan menggantikannya dengan diri sendiri (self), ilmu pengetahuan (science), dan kemajuan (progres). Pada Tahun 1960-1970 telah menunjukan kegagalan dari sikap humanisme ini, dimana manusia mulai menyadari keterbatasan kemampuan manusia itu sendiri.
Teori ini juga oleh sebagian orang dipandang sebagai teori filsafat yang mengajak manusia berpaling dari Tuhan, hanya falsafah yang menghendaki manusia mementingkan keberadaan dan identitas mereka sendiri. Kalaupun dibuat rumus, humanisme= hubungan vertikal (dengan Tuhan) < hubungan horizontal (dengan sesama manusia). Seorang humanis, Corliss Lamont dalam bukunya, Philosophy of Humanism, menjelaskan bahwa humanisme meyakini alam semesta merupakan merupakan totalitas dari realitas, bahwa materi-energi dan bukan pikiran yang merupakan bahan pembentuk alam semesta, dan bahwa entitas supernatural sama sekali tidak ada. Ketiadaan supernatural ini berarti bahwa manusia tidak memiliki jiwa supernatural dan abadi dan pada tingkat alam semesta kosmos tidak memiliki supernatural dan abadi.
     Seperti halnya agama, humanisme ini memiliki kekuatan karena bersifat utopis, yakin bahwa situasi ideal dapat dicapai berkat sifat-sifat baik manusia. humanisme lupa bahwa manusia punya potensi negatif yang acapkali lebih dominan daripada potensi
positifnya.[6]
c.    Humanisme Kosmis[7]
Seiring dengan berkembangnya humanisme sekuler, maka muncul juga humanisme kosmis atau humanisme baru. Pada intinya humanisme kosmis berlawanan dengan praktek-praktek rasional dan materialistis, sebab ditekankan pengalaman kemanusiaan yang bersifat mistis dan kosmis. Hal ini sangat menarik manusia karena menawarkan hal-hal yang tidak dapat dipenuhi oleh rasionalisme. Humanisme ini masih mewarisi paham humanisme sekuler karena masih menempatkan manusia sebagai pusat. Pandangan ini mengikuti paham mistis dan stoa, di mana anggapan mempunyai roh semesta yang sama disebut dengan Tuhan, dan agama-agama merupakan bentuk dari manifestasi ini. Humanisme ini melihat manusia adalah bagian dari Tuhan, dan adalah Tuhan. Istilah Tuhan sering diganti dengan istilah yang “Satu”.

B.  Gerakan Zaman Baru
a.    Apa itu gerakan zaman baru  [8]
Gerakan Zaman Baru (GZB) atau New Age Movement, merupakan suatu gerakan spontan yang menyebar ke seluruh dunia dalam waktu tiga dasawarsa sejak 1960-an. Gerakan ini tidak berkembang sebagai suatu bentuk agama atau organisasi, melainkan gerakan spontan yang berkembang diseluruh dunia dengan “jubah” yang berbeda-beda, tetapi dengan nafas ajaran yang sama. Paham agama yang mendasari pemikiran GZB adalah agama-agama alam yang bersifat pantheisme  kuno, yang berakar kuat dalam di India dan Cina. GZB menghidupkan kembali ajaran reinkarnasi ke dalam jubah psikologi, ilmu pengetahuan, dan teknologi humanistis dari barat. Hal ini mencakup pada self actualization (aktualisasi diri) samapai Transedental Meditation dari Maharisi Yogi.
b.      Sejarah Perkembangan[9]
Awal perkembangan GZB sebenarnya dimulai dengan munculnya agama-agama kuno di Timur, yaitu Budhisme (500 SM) yang dipelopori oleh Sidharta Gautama, yang berakar dari agama Hindu dari Budha, sehingga dari agama ini muncul Yoga dan Hare Krishna. Kemudian agama Taoisme, yang dipelopori oleh Lao Tzu (500 SM), dalam perkembangannya agama ini tercampur dengan ajaran Budha, semenjak kedatangan Rahib Budha dari India yaitu Tat Mo Chowsu, di Cina. Baik ajaran Budha, Hindu, dan Taoisme mempunyai kesamaan ajaran, yaitu anggapan bahwa jiwa/pikiran semesta menjadi dasar dari segala sesuatu.  Maka, dari ajaran-ajaran ini mulai berkembang ajaran-ajaran baru yang bernafaskan kebatinan. Contohnya Ralph W. Emmerson, yang mengajarkan paham Transedental Movement sekitar abad 18, dan Spritualisme yang bersifat kebatinan New Mental, yang diajarkan oleh Frans A. Mesmer (1734-1815) ia dikenal sebagai “bapak hipnotis”. Sebutan new Age mulai populer tahun 1960-an dengan populernya lagu yang berlirik mistis dari Marilyn Ferguson. Kemudian juga berkembang ajaran Yoga yang dipopulerkan oleh Meher Baba dan di Indonesia dipopulerkan oleh Sai Baba. Bahkan pada waktu itu berkembang juga ajaran Zen, yang banyak dianut oleh grup musik contohnya, The Beatles.
Istilah New Age mulai populer di Amerika pada tahun 1970 dengan terbitnya buku dari Mark Satin yang berjudul Aew Age Politics. Gerakan ini semakin berkembang dengan menjamurnya buku-buku yang dikarang oleh para penulis yang memang memiliki semangat ini contohnya buku Aquarium Conspiracy oleh Marilyn Ferguson.
Pada perinsipnya GZB mempercayai adanya kenyataan bahwa “dunia mengalami terobosan baru dimana ‘yang takterbatas/tak terhingga’ itu membuka jalan pada suatu Tata dunia Baru yang penuh kemuliaan, perdamaian, kelimpahan dan kesempurnaan. Kekayaan dan sukses adalah hak dan bukti sifat ilahi manusia.
c.       Model Jaringan Persekutuan, Organisasi dan Bisnis Gerakan Zaman Baru[10]
Kelompok-kelompok yang termasuk dalam GZB tak jarang terjadi persaingan dan perebutan peminat dan penganut anggota baru. Namun, dalam kompetisi ini tidak membuat kelompok untuk bermusuhan tetapi mereka tetap bekerjasama. Model struktur yang dirasa cocok untuk kelompok GZB adalah Komune yang diikat dalam satu jaringan organisasi yang dipimpin sang guru, contohnya Komune Abode of The Message (sanggar amanat) yang didirikan oleh Pir Vilayat Inayat Khan.
Unsur terpenting juga dalam penyebaran GZB adalah jaringan organisasi bisnis yang memperlancar proses transformasi GZB. Setiap kawasan metropolitan mempunyai sejumlah orang yang mengajarkan teknik-teknik transformasi, mulai dari meditai sampaii pada sesni perang, atau juga yang memperaktekan pengobatan alternatif.
Disamping itu juga dibentuk wadah bisnis untuk melayani persekutuan GZB lewat jaringan distribusi bermacam-macam produk mereka, mulai dari bantalan yoga dan tikar untuk meditasi, sampai pada alat masak, vitamin alamiah, dll. Lewat berbagai produk ini mereka bertujuan untuk mempromosikan model bisnis GZB, tetapi juga berbagai ajaran dan prinsip-prinsip ajaran itu.
d.      Ciri-ciri Gerakan Zaman Baru[11]
GZB adalah kebangkitan agama-agama alam, karena itu memiliki cirri-ciri yang sama dengan monisme.
1. Semua adalah satu dan satu adalah semua (seperti lingkaran, titik-titik menyatu membentuk lingkaran), Pencipta dan ciptaan tak memiliki nisbah.
2. Semua manusia adalah satu. Makro kosmos lingkaran besar, dan mikro kosmos adalah manusia, titik-titik yang membentuk lingkaran ( Ruh manusia adalah percikan ilahi), Manusia bisa menjadi Allah, tak ada hierarkhi. spiritualitas bukan ide tapi pengalaman (face to face with reality)
3. Semua agama adalah Satu. Karena monisme adalah agama isoteris, maka semua agama isoteris berasal dari sumber yang sama, yaitu dalam ciptaan. Maka agama-agama yang memiliki dasar yang sama itu tentu saja bisa menyatu, percampuran agama.
5. Satu solusi(Manusia menemukan solusi dalam dirinya, bukan dari luar dirinya)
6. lambang yang digunakan antara lain; pelangi, piramida, segitiga, mata dalam segitiga, kuda bertanduk cahaya, swastika, yin-yang, kepala kambing di atas pentagram, angka 666.[12]
e.       Pokok-pokok Ajaran[13]
1.    Wahyu : GZB mempercayai adanya wahyu yang khusus dan terus-menerus dari kekuatan misteri semesta pada manusia, melalui perantara-perantara (mediator) sperti nabi-nabi, agama, medium, channeter, dukun, dalam kepercayaan hindu disebut sebagai Avatar.
2.    Tuhan : Tuhan bersifat pantheistis, yang mempercayai bahwa semua adalah tuhan dan tuhan adalah semua. Tuhan adalah semua kekuatan, kesadaran atau energi kosmis yang tidak berpribadi (makro/kosmos), dan manusia adalah bagian kecil dari kekuatan energi kosmis itu.
3.    Mesias : mesias adalah seorang tokoh dunia yang bersifat mistik dan okultis yang akan menjadi tokoh pemersatu dan penggerak dunia ke arah  pembangunan suatu tata dunia baru (new world order).
4.    Setan : tidak dipercaya adanya setan, yang disebut dengan setan adalah aspek negatif dari keilahian, aspek negatif dari kekuatan semesta itu. Dengan penegertian timbulnya setan itu merupakan hasil dari ketidaksinambungan kosmis.
5.    Manusia : manusia adalah bagian kecil dari kosmis, dan mempunyai sifat ilahi dalam dirinya, atau dapat dikatakan bahwa manusia adalah ilah juga : karena itu manusia pada dasarnya baik (all Is one. We are all one. All is God. We are God) manusia juga adalah bagian dari energi/roh semesta. Dan sifat manusia yang tidak terbatas dan kekal, sampai pada reinkarnasi.
6.    Iman : GZB melihat iman sebagai potensi manusia berupa energi dalam dirinya : jadi, bersifat subjektif yang merupakan kehendak manusia atau memotivasi manusia itu sendiri.
7.    Doa : GZB melihat doa sebagai meditasi atau perenungan/konsentrasi yang maksudnya adalah penyataan diri dengan hakekat roh semesta atau usaha manusia untuk menyatukan diri dengan sumbernya atau meleburkan diri dengan sumber asalnya yaitu roh kosmis.
8.    Dosa dan Keselamatan : tidak ada pengertian dosa dalam GZB. Manusia pada dasarnya baik, sedangkan yang disebut dengan kejahatan/ketidakbaikan hanyalah ketidaksinambungan roh/energi dalam dirinya. Dengan tidak adanya dosa, maka tidak diperlukan keselamatan, tapi tugas manusia ialah mengusahakan keseimbangan/kesinambungan energi/roh itu dipulihkan kembali dengan kekuatan diri sendiri atau usaha pengembangan diri sendiri dengan keseimbangan kosmis.
9.    Agama : semua agama adlah satu, yang bertujuan megantarkan manusia pada yang “SATU” itu, yaitu menuju roh semesta. Atau kesatuan kosmis. Disini pandangan agama bersifat sinkretisme, yaitu pencampuran agama-agama atau universalisme.
10.    Hal-hal Akhir : GZB mengarahkan pada tata dunia yang baru dan persatuan dari pelbagai kebudayaan, agama, dan negara. Hal ini diwujudkan dengan kedatangan sosok inkarnasi Kristus yang membawa perubahan pada kosmis secara universal, sehingga terciptalah tata dunia yang baru dan harmonis.
11.    Kesehatan Holistik : hal yang paling penting dari perkembangan GZB ialah hubungannya dengan masalah kesehatan manusia yang bersifat “holistik”, dengan konsep “manusia sebagai suatu kesatuan tubuh, jiwa, dan roh” dimana ketiganya saling berkaitan debgan erat, dan kesehatan secara holistik terjadi apabila ada interaksi yang tepat dan keseimbangan antara ketiga aspek ini. Kesehatan holistik ini memang dipopulerkan oleh senam-senam kesehatan, fitness centres, dll. Namun disisi lain ada juga praktek-praktek kesehatan holistik yang dipopulerkan oleh dokter-dokter dalam merawat para pasienya dengan cara vegetarian, akupuntur, pijat refleski, meditasi, dll. Memang pada prisnsipnya hal ini dilakukan dengan satu pemahaman bahwa “kekuatan terbesar dalam tubuh manusia adalah kemampuan alami dalam diri manusia untuk menyembuhkan dirinya sendiri, dan kekuatan itu tidak terlepas dari adanya keyakinan yang dapat mengubah pengharapan menjadi perubahan kejiwaan dan kesehatan
Keselarasan jiwa manusia dengan kekuatan alam yang menjadi penekanan dari GZB, sebenarnya sudah ada dalam agama-agama kebatinan timur. Kekuatan semesta yang memanifestasikan diri dalam diri manusia itu mengikuti irama harmoni alam.

C.Perspektif Teologis
Seperti yang telah dijelaskan di atas,dengan berkembangnya peradaban manusia dalam hal teknologi telah membuat dampak yang negatif bagi sebagian orang, bahkan terlebih khusus bagi umat kristen sebagai warga gereja. Hal ini terasa dalam kehidupan bergereja, di mana banyak warga gereja yang  sudah tidak tertarik lagi dengan kehidupan gerejawi melainkan mengarahkan diri pada gerakan-gerakan yang baru yang dapat mengisi kekosongan batin mereka. Berikut ini akan diuraikan catatan penting tentang masalah ini yang dihubungkan dengan perspektif Alkitabiah.
Injil yang adalah kabar baik, sebetulnya mampu memberikan kebutuhan batin bagi umat manusia yang mau menerimanya. Bahkan lebih jelas Paulus menegaskan dibalik kepercayaan kita akan Kristus maka kita akan menerima Roh yang kudus, yang dapat memberikan kita kemenangan iman, sehingga kita dibebaskan dari dosa dan hukum maut (Roma 7:25-8:2). Lebih jelas lagi Yesus menegaskan “Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepada mu” (Mat. 11:28), dari ayat ini tergambar bahwa hanya percaya kepada Yesus Kristus, maka Ia akan memberikan suatu ketenangan, ketentraman, bahkan kelegaan batin. sikap ini bukanlah suatu pengalaman mistis atau estatis, melainkan suatu kehadiran air hidup dalam diri kita yang mengalir kepada hidup yang kekal. (Yoh. 4:13-14). Dalam paham Humanisme dan GZB usaha ketentraman batin dilakukan oleh manusia yaitu dengan cara mengatualisasikan diri dengan rasional dan alam semesta. Sedangkan dalam Injil disebutkan bahwa semuanya itu adalah anugerah Allah semata yang kita terima, jadi Allah yang dahulu melakukan inisiatif untuk memberikan ketentraman batin bagi manusia melalui Roh Kudus yang menghantar manusia untuk menjadi dekat dengat Allah, sehingga manusia dapat menerima bahkan merasakan ketenangan batin.
Dalam menghadapi pengaruh humanisme, umat kristen diajak untuk menyadari tempatnya di alam ini sebagai pengemban misi “peta dan teladan Allah”. Manusia ada karena ciptaan Allah dan mempunyai tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk memelihara ciptaan dan hidup dalam kebenaran Allah. orang kristen harus menerima bahwa akhir zaman berada dalam kekuasaan Tuhan, dan Allah tetap bekerja dan memelihara umatnya sampai saat ini (providentia)
Kehidupan orang kristen adalah kehidupan yang positif dalam hubungan dengan alam, dan optimis karena kita mengenal pembaruan hidup yang dikerjakan oleh Roh kudus yang menghasilkan manusia baru (Yohanes 3).

Penutup
Setelah diuraikan tentang paham Humanisme dan Gerakan Zaman Baru di atas, maka pada bagian ini akan diberikan beberapa catatan kesimpulan.
Humanisme dan GZB merupakan merupakan paham/aliran yang muncul ditengah-tengah kehidupan umat manusia yang banyak menarik minat banyak orang untuk menjadi pengikut aliran ini, disamping itu juga aliran-aliran ini banyak tumbuh dikalangan warga gereja sebagai bentuk usaha dari manusia itu sendiri untuk memberikan penyegaran batin, yang sebelumnya tidak terpuaskan pada agama yang dianut. Kehadiran Yesus Kristus sebagai juru selamat dapat tergantikan dengan ilah-ilah lain yang selaras dengan alam menurut paham aliran-aliran ini.
Pengaruh Humanisme dan GZB sangat jelas kita lihat sebagai kekuatan luar, sehingga kita dapat “menangkisnya” dengan lebih mudah, paham Humanisme dan GZB juga meresapi ajaran kristen secara sikretis, dan pencampuran paham inilah yang lebih berbahaya, karena umumnya tidak dicurigai, padahal pengaruhnya benar-benar menyesatkan.
Penangkal yang paling ampuh untuk menghadapi pengaruh dari ajaran-ajaran ini ialah, diperkuat hubungan persekutuan dengan Tuhan. Namun, disisi lain kita juga harus melihat bahwa Humanisme dan GZB adalah kritik yang disampaikan pada kekristenan.

Daftar Pustaka

Literatur
Aritonang, Jan S. Berbgai Aliran di dalam dan di Sekitar gereja, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2001
Berkhof & Enklar, Sejarah Gereja. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2004
Herlianto, Humanisme dan Gerakan Zaman Baru.Yayasan Kalam Kudus : Bandung, 1996

Lain-lain
Erita Narhetali, Filsafat : Humanisme Sudah Mati?, dalam http://www.kompas.com
Gerakan Zaman Baru Menurut Pandagan Alkitab, www. SABDAAlkitab.com










           


[1] Herlianto, Humanisme dan Gerakan Zaman Baru.(Yayasan Kalam Kudus : Bandung, 1996 ) h. 10
[2] Ibid. H. 12
[3] Renaissance atau “kelahiran kembali” dari kebudayaan kesenian kuno yang berpusat di Florensa dan Roma. Berkhof & Enklar, Sejarah Gereja  (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2004)h. 99
[4] Ibid, h. 100
[5] Herlianto, Op.Cit. h.
[6] Erita Narhetali, Filsafat : Humanisme Sudah Mati?, dalam http://www.kompas.com , dikunjungi 26 – 01 - 2010
[7] Herlianto, Op.Cit. h. 31-34
[8] Ibid, h. 37
[9] Ibid, h. 38-40
[10] Aritonang, Jan S. Berabgai Aliran di dalam dan di Sekitar gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2001) h. 442-443
[11] Gerakan Zaman Baru Menurut Pandagan Alkitab, www. SABDAAlkitab.com, dikunjungi 26-01-2010
[12] Herlianto, Op.Cit. h. 41
[13] Ibid, h. 41-45

Rabu, 09 Maret 2011

The Economic and Social Witness Of Calvin For Christian Life Today


The Economic and Social Witness Of Calvin For Christian Life Today
(Reformed Word  Vol.55 No.1 March 2005)

Gerald Akerina
Awam dan pendeta, wanita dan laki-laki, cendekiawan dari utara dan selatan, timur dan barat. Berkumpul untuk berkonsultasi di Aliansi Gereja-gereja Reformasi Dunia, John Knox Internasional Reformed Center dan Fakultas Teologi Universitas Genewa yang berlangsung di
 Genewa, 3 – 6 November 2004.
Tujuannya adalah untuk menemukan kembali kesaksian Calvin mengenai komitmen Reformasi Kristen dalam realitas sosial ekonomi saat ini.
           Calvin tidak asing dengan tantangan kehidupan ini yaitu pertemuan antara visi spiritual alkitabiah dan praksis koherensi Allah dan dunia. Dengan demikian ia tidak mengkotakkan setiap dimensi kehidupa manusia terpisah dari semua yang lain. Ia yakin bahwa kehidupan duniawi dan kehidupan yang akan datang diciptakan dan ditebus Allah . oleh karena itu setiap aspek kehidupan terintegrasi satu dengan yang lain  dan setiap orang-orang yang benar-benar hidup hanya oleh koinonia, persekutuan, solidaritas dengan semua ciptaan.
           Ia menuntut perhitungan dosa dan pertobatan aktif dimulai dengan diri kita sendiri. Ia yakin bahwa “bumi adalah Tuhan” dan bahwa kelimpahan bumi ini merupakan hadiah menggaggumkan yang dipercaya manusia untuk kegembiraan mereka dan untuk mereka gunakan.
          Secara realistis mengakui bahwa proses penciptaan kembali adalah juga tugas umat Allah, yang ditantang dengan melihat berapa banyak yang dilakukan, yang menemukan kekuatan dan energy karena mereka tahu bahwa mereka tidak pernah sendiri; mereka selalu bekerja dengan Allah dan dengan satu sama lain. Sehari-hari bekerja menuju pada pembaharuan hidup, merupakan panggilan taggung jawab dan hak yang istimewa. Bekerja bersama-sama untuk membaharui keadaan sosial dan ekonomi dunia juga merupakan tanggungjawab bersama gereja sebagai gereja, baik dalam situasi local dan konteks internasional, bertindak baik bagi mereka yag memiliki pengakuan yang sama dengan semua pengikut Injil – Oikumenis gereja.
          Calvin tahu bahwa “apa yang menjadi tugas setiap orang”, yang merupakan salah satu alasan kuat untuk memiliki kekhususan memimpin kantor gereja atau masyarakat untuk secara aktif terlibat. Ia mengajarkan bahwa pelayanan gereja sangat menekankan pada karakter kepemimpinan organisasi dan memperkenalkan kantor gereja bersama “ulama”. Pendeta mewartakan dan menjelaskan Injil Allah yang setia dan bertanggung jawab. Penatua dan pendeta bersama menegur orang-orang yang membahayakan satu dengan yang lain, dan mendamaikan orang-orang yang bertobat. Diakon memimpin gereja dalam organisasi. Ia memberikan contoh bahwa diharapkan setiap orang Kristen untuk belajar tentang Allah dan mengajarkannya kepada orang lain menurut panggilannya. Setiap orang Kristen bertanggung jawab untuk saling menegur dan mengampuni dan rekonsiliasi dengan dirinya sendiri.
           Semua orang Kristen berhak untuk melayani yang miskin dan menderita, mengakui bahwa saudara-saudara adalah sama dengan mereka di hadapan Allah, mereka merupakan perwujudan Kristus. Semua orang Kristen adalah bagian dari gereja yang lebih luas, dan gereja sebagai gereja dipanggil untuk memenuhi pelayanan ini dan karena itu menerapkan struktur kepemimpinan organisasi yang memungkinkan saksi.
          Calvin yang ditemukan kembali adalah orang yang bekerjasama dengan orang lain dan pemimpin sipil. Calvin dapat menawarkan untuk kedua visi dan sumber daya yaitu bahwa pengelolaan semua karunia duniawi untuk kebaikan bersama dan keadilan dan kasih dalam semua hubungan manusia, tidak opsional untuk setiap manusia. Penemuan kembali Calvin relevan dengan untuk kontribusi terhadap reformasi kesaksian bagi orang dan gereja hari ini mengenai issu-issu sosial ekonomi. Ketidakadilan ekonomi, Pasar global menjadi subjek hukum pertukaran komersil, suatu jenis control hegemonis yang terkait dengan imperium politik.
           Konsumerisme merajalela, hutang menghancurkan sebagian besar yang ada. Sarana produksi tunduk dan diatur oleh akumulasi kekayaan. Pengrusakan mengarah pada kekerasan kondisi kekerasan dan konflik yang terus bertambah. Orang Kristen dan gereja berada di tengah semua hal tersebut. Orang Kristen memisahkan diri satu sama lain, memecah belah perjuangan di dalam antara komunitas gereja atau komunitas seiman.
           Sehingga dengan menemukan kembali calvin dapat membantu anggota aliansi gereja-gereja reformasi dunia untuk menghadapi tantangan berupa masalah keuangan dan kekuatan-kekuatan ekonomi yaitu masalah ketidakadilan ekonomi dan kerusakan lingkungan.
Tanggapan
          Pola pemikiran Calvin menekankan pada keseimbangan berkehidupan yang terintegrasi oleh seluruh aspek hidup manusia maupun konteks selaku orang percaya. Tetapi juga mempunyai central pada pertobatan diri secara personal dan interaksi yang hakiki dengan Tuhan sebagai Penciptanya.
         Calvin lebih mementingkan pada situasi dan bukan pada konsep, dimana gereja memiliki tugas dan tanggungjawab untuk terciptanya kedamaian bagi umat manusia. Serta peluang bahwa setiap manusia dengan segala kondisi memiliki hak dan kewajiban yang sama di hadapan Allah tetapi dalam struktur organisasi. Dengan demikian Calvin memberikan upaya kebebasan yang seluas-luasnya yaitu dalam peraturan yang dipatuhi.
          Usaha untuk menemukan calvin ini ternyata bisa mengungkap beberapa hal tentang dirinya. Yaitu bahwa calvin adalah sosok yang memiliki tingkat kepekaan sosial yang tinggi dan kepedulian yang tinggi terhadap alam ciptaan yang merupakan karya Allah. Suka bekerja sama dengan gereja manapun, termasuk dengan pemimpin sipil. Dari sini di sadari bahwa orang Kristen berkewajiban untuk melayani yang miskin dan menderita. Mengakui bahwa mereka juga sama dengan kita di hadapan Allah. Dan mereka merupakan perwujudan Kristus. Semua orang Kristen adalah juga bagian dari gereja yang lebih luas, dan gereja sebagai gereja dipanggil untuk memenuhi pelayanan ini. Pelayanan dalam cinta kepada sesama “bahwa semua orang yang diam di bumi” seringkali merupakan bukti yang paling jelas dari ibadah dan Roh Allah adalah sumber daya untuk bekerja terhadap kehidupan berlimpah bagi semua ciptaan Tuhan[1].
          Di masa kini, gereja-gereja dan orang Kristen diundang baik organisasi maupun pribadi untuk berkomitmen terhadap keadaan sosial dan ketidakadilan ekonomi. Yakni untuk mencintai sesama manusia seperti diri sendiri.
          Gereja adalah institusi maupun system kepercayaan orang-orang yang mendasari aktivitas rohani, politik, sosial, ekonomi dan budayanya dengan kasih Yesus yang membebaskan dan memerdekakan, menyelamatkan. Karena itu, mestinya ia hadir dan berpengapa dengan kehidupan manusia-manusia yang memprihatinkan karena dominasi kekuasaan politik Negara kapitalisme yang mengeksploitasi alam yang terancam rusak. Termasuk sebenarnya kriik terhadap kekakuan doktrin dan tradisinya sendiri. Harus ada sikap yang dialogis dan konstruktif untuk suatu visi.
          Tetapi dalam usaha penciptaan visi itu gereja akhirnya harus berhadapan dengan persoalan terjebak dan menjebakkan diri dalam simbiosis mutualis dengan kepentingan penguasa yang cenderung korup dan menghisap, termasuk para kapitalis.yang terjadi belakangan adalah sikap gereja yang memperbudak diri dalam melayani kepentingan penguasa demi bantuan financial mereka. Gereja kemudian menjadi tumpul dalam kritik, namun pemimpin Reformasi Protestan seperti Calvin sama sekali tidak merasa tertarik untuk menggairahkan kegiatan ekonomi dengan mengorbankan agama[2].
          Dengan demikian reformasi pemikiran kekristenan yaitu keterbukaan yang terintegrasi, kerjasama yang bertanggungjawab serta keseimbangan dalam implementasi berkehidupan. Bahwa keselamatan dari Tuhan Allah harus Nampak lewat pembaharuan yang mendatangkan perubahan struktur dan system dalam masyarakat[3]. Bahkan kepatuhan bagi keteraturan yang bertujuan damai sejahtera bagi manusia dan lingkungan alam. Kemudian mengusahakan perbaikan ekonomi dengan tata aturan sosial-ekonomi-politik-budaya di masyarakat (dengan tujuan menciptakan kesejahteraan manusia).
          Selanjutnya, alam sebagai pernyataan kasih Kristus bagi manusia untuk dilestarikan sebagai perwujudan kasih yang bertanggungjawab selaku orang percaya yang hidup di dunia milik Tuhan.
Literatur
Johnson, Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik Dan Moderen Jilid I. (Jakarta: Gramedia, 1986)
Siwu Richard,A.D. Penugasan Agung. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004)
Stott John. Issu-issu Global : Menantang Kepemimpinan Kristiani.(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993)


[1] John Stott. Issu-issu Global : Menantang Kepemimpinan Kristiani.(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993).h.149
[2] Doyle Paul Johnson. Teori Sosiologi Klasik Dan Moderen Jilid I. (Jakarta: Gramedia, 1986).h.239-140.
[3] Richard,A.D.Siwu. Penugasan Agung. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004).h.26